Bisnis.com, JAKARTA – PT Bahana TCW Investment Management memperkirakan keruntuhan indeks harga saham gabungan (IHSG) setelah Gubernur DKI Jakarta mengumumkan pemberlakuan PSBB tahap kedua tidak akan separah kondisi Maret silam.
Tak berlama-lama melanjutkan penurunan kemarin, IHSG rebound 1,29 persen ke level 4.954 pada akhir sesi I perdagangan Jumat (11/9/2020).
Adapun pada akhir perdagangan Kamis (10/9/2020), IHSG turun 5,01 persen menjadi 4.891. Pada hari perdagangan yang sama, Bursa Efek Indonesia kembali melakukan penghentian perdagangan sementara atau trading halt karena indeks jebol hingga 5 persen.
Adapun, trading halt tersebut merupakan yang keenam kalinya pada tahun ini dan menjadi yang pertama kali sejak 23 Maret 2020 ketika indeks turun 5 persen ke level 3.985.
Dari sisi mata uang, rupiah melemah terhadap dolar AS hingga menyentuh Rp14.900 per dolar kemarin.
Baca Juga
Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat optimistis kondisi pasar saat ini tak akan mengulang peristiwa koreksi yang terjadi pada Maret lalu.
“Tekanan di bursa dan nilai tukar saat ini diharapkan sementara. Sebab, penyebabnya lebih bersifat lokal sebagai antisipasi perlambatan ekonomi akibat PSBB,” kata Budi melalui publikasi yang diterima Bisnis, Jumat (11/9/2020).
Budi menunjukkan saat ini indikator makroekonomi dan kondisi pasar global telah lebih stabil dibandingkan Maret 2020.
Adapun pada Maret 2020 ketika seluruh dunia digemparkan penyebaran virus corona secara masif, posisi suku bunga global masih tinggi dan ketidakpastian di pasar sangat besar.
Hal itu tercermin dari tekanan dolar yang membuat mata uang Garuda anjlok hingga Rp17.000 per dolar. Bahkan harga emas dan harga minyak kala itu ikut tersungkur.
Kecenderungan investor beralih ke dolar AS pada awal tahun itu memukul pasar modal dan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Kondisi saat ini, Budi mengingatkan bahwa suku bunga global sudah rendah dan kelebihan likuiditas bakal memaksa dolar AS masuk siklus pelemahan. Komoditas safe haven seperti emas pun berpeluang moncer dan harga minyak mulai naik karena OPEC+ menurunkan kuota produksi.
“Meski memang investor harus mewaspadai retorika politik di Amerika Serikat (AS) jelang Pilpres dan masih ada keraguan efektivitas vaksin Covid-19,” imbuh Budi.
Pemberlakuan PSBB kembali di ibukota Indonesia dinilai Budi memang diperlukan. Investor pun wajar saja menjadi khawatir karena PSBB bisa menyebabkan perlambatan ekonomi.
Perbankan pun diperkirakan semakin berhati-hati menyalurkan kredit sehingga akan lebih memilih menempatkan dana di Surat Berharga Negara (SBN).
Untuk investor awam, Budi menyarankan untuk bersikap defensif dengan memanfaatkan instrumen SBN yang sedang ditawarkan.
“Sementara untuk investor yang lebih mahir dan berani dapat secara selektif berinvestasi pada saham yang paling banyak ditinggalkan oleh investor asing,” tulis Budi.