Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terjebak dalam kisaran ketat di bawah level US$43 per barel, di tengah lonjakan infeksi virus corona di beberapa bagian dunia yang mengimbangi berita perkembangan vaksin.
Berdasarkan data Bloomberg, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober menguat 0,8 persen atau 22 poin ke level US$42,83 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 05.17 WIB, Selasa (1/9/2020).
Sebelumnya, WTI kontrak Oktober ditutup melemah 36 poin ke level US$42,61 per barel pada perdagangan Senin (31/8).
Sementara itu, kontrak berjangka Brent untuk kontrak November turun 53 sen dan ditutup di level US$45,28 per barel.
Kematian akibat Covid-19 di India melampaui Meksiko, menempatkan negara itu di posisi ketiga jumlah kematian terbesar secara global, sedangkan kasus virus corona di AS mencapai 6 juta menyusul lonjakan kasus di sejumlah kampus.
Sementara itu, AstraZeneca Plc memulai uji coba vaksin virus corona pada manusia berskala besar di AS setelah mengalami penundaan singkat.
Baca Juga
Meskipun ada ketidakpastian atas kembalinya permintaan minyak ke level normal, WTI naik lebih dari 5 persen pada Agustus. Ini merupakan kenaikan bulanan keempat berturut-turut karena harga pulih dari penurunan di bawah nol pada bulan April.
Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc. menaikkan proyeksi minyak mentah WTI akhir tahun menjadi US$45,50 per barel dari US$40, sedangkan Brent menjadi US$48 dari US$43, menyusul kemajuan perkembangan vaksin dan tanda-tanda meredanya wabah di AS.
Melonggarnya kelebihan pasokan global telah membantu menstabilkan harga. Sementara itu, Abu Dhabi National Oil Co., produsen terbesar di Uni Emirat Arab, mengisyaratkan akan memangkas produksi pada Oktober untuk memenuhi target negara di bawah kesepakatan pemotongan produksi global.
Sementara itu, pelaku pasar minyak mengharapkan Saudi Aramco untuk bereaksi terhadap marjin penyulingan yang rendah dengan memangkas harga minyak Arab Light yang dipasarkan di Asia untuk pengiriman Oktober sebesar US$1 per barel.