Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yes! Harga Emas Naik Lagi Mendekati US$2.000

Dalam sebulan terakhir, harga emas dunia bergerak liar.
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali mendekati level US$2.000 per troy ounce seiring dengan outlook pelemahan dolar AS. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot terpantau US$1.986,58 per troy ounce pada hari ini, Selasa (1/9/2020) pukul 13.19 WIB. 

Posisi tersebut naik 0,95 persen dibandingkan dengan penutupan kemarin. Posisi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 11 Agustus 2020 (US$1.911 per troy ounce). Adapun harga emas juga sempat menyentuh level US$2.063 per troy ounce pada 8 Agustus 2020.

Dengan kata lain, kurang dari sebulan harga emas di pasar spot sudah bergerak liar. Hal serupa juga terjadi pada harga emas berjangka.

Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2020 terpantau naik 0,77 persen ke posisi US$1.993,90 per troy ounce. Pada 8 Agustus 2020 lalu, harga emas Comex menyentuh US$2.069 per troy ounce.

Monex Investindo Futures melaporkan harga emas kembali tersulut berkat sentimen pelemahan dolar AS. Kemarin, indeks dolar AS yang mengukur mata uang Paman Sam terhadap sekeranjang mata uang utama dunia turun ke level terendah dalam dua tahun.

The Federal Reserve sebelumnya telah memberikan sinyal dovish terhadap kebijakan moneternya. The Federal Reserve menargetkan inflasi dua persen. Dalam artian, bila inflasi mencapai 2 persen, bank sentral baru akan menaikkan suku bunga. Walhasil, sikap tersebut memberikan sinyal bahwa rezim suku bunga rendah akan berlangsung lama.

Monex memperkirakan harga emas berpotensi melanjutkan kenaikan menguji level resisten di US$1.982. Bia level ini ditembus, level resisten bakal menguji tahap selanjutnya di US$1.988 dan US$1.995.

"Bila bergerak turun harga emas berpeluang menguji level support di 1965, penurunan lebih lanjut dari level support ini akan menekan harga emas menguji level support selanjutnya di 1958 dan 1953," tulis Monex dalam laporan yang dikutip Bisnis, Selasa (1/9/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper