Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asyik, Harga Emas Naik Lagi Dong!

Laju harga emas sepanjang pekan ini bak roller coaster dan ditutup dengan penguatan tajam di akhir pekan berkat sentimen kebijakan The Fed.
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg
Emas batangan 24 karat ukuran 1oz atau 1 ons, setara 28,34 gram. Harga emas mengalami pergerakan ekstrim pada pekan ini yang mana sempat turun ke level US$1.800 per ons beberapa hari setelah memecahkan rekor harga tertinggi./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas mencetak rebound di akhir pekan seiring dengan respons pelaku pasar terhadap pendekatan baru bank sentral Amerika Serikat (AS) dalam menetapkan kebijakan moneter AS. 

Dilansir dari Bloomberg, emas mencetak kenaikan terbesar dalam dua pekan sementara dolar AS menyentuh level terendah dalam dua tahun terakhir. Itu terjadi setelah Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell menyampaikan bank sentral akan menargetkan inflasi 2 persen.

Komentar Powell yang disampaikan di simposium bank sentral di Jackhole, Wyoming membuat harga emas melejit dibandingkan dengan sesi-sesi sebelumnya. Powell menyiratkan bank sentral akan tetap akomodatif dalam waktu lebh lama dengna pendekatan lebih toleran terhadap inflasi. 

Harga emas berjangka Comex untuk pengiriman Desember 2020 naik 2,19 persen atau 42,30 poin ke posisi US$1.974,90 per troy ounce. Di awal pekan, harga emas Comex sempat jatuh ke posisi US$1.923,10 per troy ounce.

Sementara itu, harga emas di pasar spit melonjak 1,8 persen pada Jumat, menuju kenaikan mingguan pertama dalam tigak pekan. Harga emas sudah turun US$100 dolar dari rekor pada awal Agustus 2020. Kendati demikian, emas masih menjadi komoditas terbaik karena mencetak imbal hasil lebih dari 20 persen sejak awal tahun.

"Emas menguat karena penilaian yang lebih terukur dari perubahan nuansa The Fed, bersamaan dengan melemahnya dolar," ujar Rhona O'Connel, kepala analis pasar untuk kawasan Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia StoneX melalui surel.

Vivek Dhar, analis di Commonwealth Bank of Australia mengatakan toleransi inflasi yang lebih tinggi dan suku bunga rendah akan membuat imbal hasil riil jatuh dalam jangka menengah hinga panjang sehingga mendukung penguatan harga emas. 

Namun, fakta bahwa The Fed juga akan bertindak jika ada tekanan inflasi menambah karaguan pada seberapa tinggi ekspektasi inflasi 10 tahun AS dapat dicapai.

Kendati mengalami kenaikan, risiko koreksi tetap saja ada. Risiko terbesar emas adalah penemuan vaksin dan penurunan tajam di pasar saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper