Bisnis.com,JAKARTA — Partisipasi asing yang lebih rendah menjadi salah satu faktor penurunan penawaran masuk dalam lelang surat utang negara kemarin, 25 Agustus 2020.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan melaporkan hasil lelang tujuh seri surat utang negara (SUN) pada Selasa (25/8/2020). Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp78,34 triliun.
Berdasarkan catatan Bisnis, penawaran yang masuk dalam lelang sebelumnya senilai Rp106,00 triliun. Posisi itu menjadi yang tertinggi kedua sepanjang periode berjalan 2020. Adapun, penawaran masuk tertinggi tahun ini senilai Rp127,11 triliun pada 18 Februari 2020.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur SUN DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan menjelaskan bahwa ada dua penyebab utama penawaran yang masuk dalam lelang SUN lebih rendah dari sebelumnya. Salah satunya terkait partisipasi asing.
“Partisipasi asing yang lebih rendah dibandingkan dengan lelang sebelumnya serta operasi moneter Bank Indonesia yang telah menyerap sebagian likuiditas di perbankan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (26/8/2020).
Di sisi lain, Deni menjelaskan weighted average yield (WAY) untuk dua seri baru yang diterbitkan dua pekan lalu, FR086 dna FR087, turun cukup signifikan dibandingkan dengan lelang sebelumnya.
Baca Juga
“Hasil lelang hari diharapkan dapat mendorong kurva yield SUN semua tenor di pasar sekunder semakin rendah,” imbuhnya.
Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun Indonesia naik ke level 6,750 persen pada Rabu (26/8/2020) pukul 16:30 WIB. Sementara itu, yield SUN tenor 5 tahun Indonesia juga naik dari 5,476 persen menjadi 5,512 persen.
Sebagai catatan, pergerakan harga obligasi dan yield obligasi saling bertolak belakang. Kenaikan harga obligasi akan membuat posisi yield mengalami penurunan sedangkan penurunan harga obligasi akan mengerek yield.
Sementara itu, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menyebut ekses likuiditas menjadi penyebab turunnya penawaran masuk dalam lelang SUN. Pasalnya, ekses likuiditas dalam lelang terakhir memang lebih rendah dari lelang sebelumnya.
Secara terpisah, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus penawaran yang masuk dalam lelang SUN masih sesuai prediksi. Akan tetapi, penyerapan pemerintah menurutnya masih di bawah harapan.
“Kami cukup muluk untuk pemerintah menyerap lebih dari Rp25 triliun,” ujarnya.
Nico menyebut capital inflow di pasar obligasi masih minim. Akibatnya, pasar obligasi mengalami pergerakan namun dalam rentang yang terbatas.
“Oleh karena itu, pergerakan harga obligasi masih memiliki tingkat volatilitas yang rendah,” tuturnya.
Sebagai catatan, terdapat tujuh seri yang ditawarkan oleh pemerintah dalam lelang SUN periode Selasa (25/8/2020). Total nominal yang dimenangkan dalam lelang senilai Rp22 triliun.
FR0086 menjadi seri paling diminati dalam lelang Selasa (25/8/2020). Total penawaran yang masuk mencapai Rp30,00 triliun.
Selanjutnya, seri FR0087 menempati urutan kedua dengan penawaran masuk Rp15,12 triliun. Seri itu memiliki tingkat kupon 6,50 persen dengan periode jatuh tempo 15 Februari 2031
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai pergerakan obligasi pemerintah di pasar sekunder relatif stabil. Akan tetapi, investor asing menurutnya belum banyak masuk akibat kondisi global yang belum stabil.
“Menurut saya likuiditas masih baik terutama investor domestik,” jelasnya.