Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Kembali Loyo, Berayun ke Bawah US$2.000 per Troy Ounce

Dalam sepekan, harga emas mengalami koreksi tipis dan bertengger di posisi US$1.940-an per troy ounce. Kendati turun, sejak awal tahun harga emas sudah mencetak kenaikan lebih dari 20 persen dan diyakini masih akan naik.
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id
Emas batangan produksi PT Aneka Tambang Tbk./mind.id

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali merosot setelah bertengger di level US$2.000 per troy ounce pada pertengahan pekan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup di level US$1.940,48 per troy ounce atau turun 0,35 persen. Adapun harga emas berjangka Comex untuk kontrak Desember 2020 naik 0,03 persen ke posisi US$1.947 per troy ounce.

Dalam sepekan, harga emas di pasar spot turun 0,23 persen. Sementara itu, harga emas berjangka turun 0,10 persen dalam sepekan.

Harga emas pada awal Jumat (21/8/2020) sempat naik ke level US$1.955,81 per troy ounce seirign dengan pelemahan dolar AS akibat kenaikan klaim pengangguran.

Laporan klaim pengangguran AS menunjukkan kenaikan sebesar 1.106.000 klaim. Jumlah pengangguran yang meningkat menjadi lebih dari 1 juta kepala dalam satu minggu telah kembali memicu kekhawatiran bahwa pemulihan ekonomi di AS.

Monex Investindo Futures dalam laporannya menyebut harga emas berpotensi naik menguji resisten $1966 - $1975 bila harga naik menembus ke atas level $1956. Sebaliknya turun ke bawah level support $1937, harga berpeluang menguji support $1911 - $1924.

Di lain pihak, Co-chief Investment Officer sekaligus Senior Portfolio Manajer Skybridge Capital Troy Gayeski menilai emas akan terus memperpanjang rekor relinya di tengah momentum penurunan nilai mata uang besar-besaran dan guyuran stimulus lebih lanjut.

“Kalau Anda berpikir apa yang akan melemahkan dolar, sulit mencari mata uang lain yang potensial. Jadi jelas sekali emas adalah mata uang alternatif paling potensial,” ungkapnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Gayeski menyebut Emas “cukup kaya” jika dibandingkan minyak maupun komoditas lainnya. Di sisi lain, Gayeski menyebut emas belum terapresiasi sebanyak pertumbuhan pasokan uang sejak puncaknya sebelumnya pada September 2011.

“Kami tidak akan terkejut jika pada akhir tahun depan, harganya bisa berkisar antara US$2.100 hingga US$2.200,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rivki Maulana
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper