Bisnis.com, JAKARTA – Nota keuangan Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2021 yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo berhasil membantu pergerakan nilai tukar rupiah kendati masih di berada di zona merah.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (14/8/2020) rupiah parkir di level Rp14.795 per dolar AS, terkoreksi 0,14 persen atau 20 poin. Padahal, pada pertengahan perdagangan rupiah sempat terkoresi hingga 0,6 persen atau 94 poin.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar menanggapi positif nota keuangan RAPBN 2021 yang diyakini bisa menambahkan optimisme pertumbuhan ekonomi yang lebih baik setelah ditekan pandemi Covid-19.
“Pasar respon positif terhadap nota itu, tadinya rupiah itu melemah 94 poin tapi menit-menit terakhir penutupan bersamaan dengan sidang itu jadi turun hanya melemah 20 poin,” ujar Ibrahim kepada Bisnis, Jumat (14/8/2020).
Untuk diketahui, Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan berada di kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen, inflasi sebesar 3 persen, dan defisit anggaran sebesar 5,5 persen.
Selain itu, nilai tukar rupiah pada 2021 diperkirakan di kisaran Rp14.600 per dolar AS dengan tingkat bunga obligasi Surat Berharga Negara (SBN) untuk tenor 10 tahun di kisaran 7,25 persen.
Baca Juga
Dia menjelaskan bahwa pemerintah begitu optimistis tahun depan akan jauh lebih baik, karena untuk tumbuh tiga persen saja dinilai sudah cukup baik bagi Indonesia setelah hancur lebur pada tahun ini.
Selain itu, perkiraan nilai tukar rupiah untuk tahun depan oleh pemerintah juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar. Hanya, dengan perkiraan tingkat bunga SBN 10 tahun artinya Bank Indonesia berpotensi menaikkan suku bunga yang menjadi pendukung rupiah untuk bergerak menguat.
Di sisi lain, sesungguhnya nilai tukar rupiah masih bertahan di zona merah selama tujuh hari perdagangan berturut-turut kendati indeks dolar AS juga masih terperangkap di tren pelemahan.
Sepanjang pekan ini saja, rupiah telah turun 1 persen menjadi yang terlemah di antara mata uang Asia lainnya. Padahal, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,1 persen ke level 93,328.
Ibrahim pun menjelaskan kendati nota keuangan RAPBN 2021 menjadi katalis positif, rupiah diperkirakan masih belum akan lepas dari jeratan zona merah pada pekan depan.
Perpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta seiring dengan masih tingginya kasus positif baru menjadi sentimen utama pasar yang akan menekan pergerakan nilai tukar rupiah.
“Perpanjangan PSBB masa transisi di DKI Jakarta mengakibatkan arus modal asing kembali keluar dari pasar dalam negeri dan ini sangat disayangkan walaupun Bank Indonesia sudah berusaha untuk menstabilkan rupiah dari menurunkan suku bunga, intervensi di pasar valas, obligasi dan SUN di perdagangan DNDF,” papar Ibrahim.
Oleh karena itu, pada perdagangan pekan depan Selasa (18/8/2020) kemungkinan rupiah masih akan melemah di level Rp14.750-Rp14.850 per dolar AS.