Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Reksa Dana Dolar AS Moncer, Saatnya Panen Cuan?

Sebanyak 5 reksa dana saham dan 5 reksa dana pendapatan tetap masuk ke dalam daftar 10 reksa dana dengan return tertinggi.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Produk reksa dana berdenominasi dolar AS masih mampu mencatatkan kinerja yang ciamik sejak awal tahun atau periode tahun berjalan (year-to-date).

Berdasarkan data Infovesta Utama per 7 Agustus 2020, sebanyak 22 produk reksa dana berdenominasi dolar AS dari 60 produk mencatatkan kinerja positif pada rentang 19,45 persen—0,45 persen. Sebanyak 5 reksa dana saham dan 5 reksa dana pendapatan tetap masuk ke dalam daftar 10 reksa dana dengan return tertinggi.

Reksa Dana Mandiri Global Sharia Equity Dollar besutan PT Mandiri Manajemen Investasi mencetak imbal hasil tertinggi secara ytd sebesar 19,45 persen. Mengikuti berikutnya dua produk reksa dana PT Eastspring Investments Indonesia yaitu Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas B dan Eastspring Syariah Equity Islamic Asia Pacific USD Kelas A mencatatkan kinerja sebesar 13,99 persen dan 12,40 persen.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menjelaskan posisi rupiah yang masih melemah terhadap dolar AS saat ini bisa menjadi kesempatan bagi investor untuk merealisasikan keuntungan selisih kurs dalam produk reksa dana berdenominasi dolar AS.

“Cenderung sebaiknya tukar dolar AS ke rupiah untuk investor Indonesia kecuali kalau memang ada kebutuhan membayar operasional atau kewajiban dalam dolar AS,” jelas Farash kepada Bisnis, Selasa (11/8/2020).

Farash menjelaskan bahwa pelemahan indeks dolar AS belakangan ini memang membatasi penurunan rupiah. Kendati demikian, apabila ditelisik lebih dalam, pelemahan dolar AS sebenarnya baru terjadi di hadapan euro, yen Jepang, franc Swiss, dan yuan China.

Sementara posisi rupiah di pasar spot masih melemah sebesar 5,42 persen sejak awal tahun ke level Rp14.680 per dolar AS. Lebih lanjut, Farash memaparkan, saat ini rasio spot rupiah terhadap dolar AS berada di sekitar 6 persen dengan rata-rata 5 persen. Investor dapat menunggu ketika rata-rata rasio naik mendekati 6 persen untuk menukar dolar AS ke rupiah.

“Bisa realisasi di sini. Kemudian apabila rasio sudah di bawah 5 persen, bisa pertimbangkan kembali ke dolar AS,” ujar Farash.

Adapun, defisit neraca berjalan Indonesia yang diperkirakan rendah dan pembayaran dividen oleh mata uang multinasional yang semakin berkurang pada bulan ini diperkirakan dapat menambah kekuatan rupiah. Dari sisi pasar modal, aliran dana asing yang masuk (foreign capital inflow) yang mulai masuk ke pasar saham dan obligasi juga dapat menopang nilai tukar mata uang Garuda.

“Kalau bond inflow terus, saya merasa harusnya persepsi investor global ke rupiah akan membaik sedikit demi sedikit,” ujar Farash.

Selanjutnya, mata uang rupiah pun diharapkan bisa ikut menguat bersama mata uang lainnya terhadap dolar AS ketika indeks dolar kian melemah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper