Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Minyak AS Diperkirakan Turun, WTI Terombang-ambing di Kisaran US$41

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (5/8/2020), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 0,36 persen atau 0,15 poin ke level US$41,55 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 07.46 WIB.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA – Minyak mentah bertahan di kisaran US$41 per barel di New York setelah kenaikan terpanjang dalam enam pekan, di tengah tanda-tanda bahwa pasokan minyak mentah AS terus menurun.

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (5/8/2020), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September turun 0,36 persen atau 0,15 poin ke level US$41,55 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 07.46 WIB.

Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak Oktober kehilangan 0,29 persen atau 0,13 poin k elevel US$44,30 per barel di ICE Futures Europe exchange.

Minyak WTI dan Brent menguat masing-masing 1,7 persen naik 0,6% pada hari Selasa (4/8) menyusul ledakan besar mengguncang pelabuhan utama Beirut, Lebanon. Peristiwa ini meningkatkan kekhawatiran tentang ketidakstabilan baru di Timur Tengah. Pihak berwenang belum mengatakan apakah itu kecelakaan atau serangan.

Ledakan di Lebanon yang disebabkan oleh bahan-bahan yang sangat eksplosif di pelabuhan, membuat rumah sakit kewalahan dengan ribuan orang terluka dan puluhan orang tewas.

Ledakan ini terjadi di saat saat negara tengah menderita krisis keuangan dan ekonomi terburuk dan sedang dalam pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional untuk menerima dana talangan senilai US$10 miliar.

Jumlah korban meninggal terus meningkat hingga sedikitnya 78 orang dan hampir 4.000 lainnya terluka, kata menteri kesehatan Lebanon, Hamad Hasan seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (5/8/2020).

Sementara itu, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah AS turun 8,59 juta barel pekan lalu, dengan cadangan bensin melanjutkan penurunan. Fokus pelaku pasar kini tertuju pada data pemerintah AS yang akan dirilis hari ini.

Minyak mentah telah berjuang untuk mempertahankan momentumnya setelah reli dari penurunan di bawah nol pada bulan April karena meningkatnya infeksi virus corona menimbulkan kekhawatiran terhadap pemulihan konsumsi.

OPEC+ akan menguji tren permintaan di saat kelompok ini mulai kembali meningkatkan pasokan pada bulan Agustus, setelah berakhirnya kesepakatan pembatasan output.

Menurut survei Bloomberg, Energy Information Administration diperkirakan melaporkan penurunan cadangan minyak mentah AS sebesar 3,35 juta barel pekan lalu. Ini akan menjadi penurunan mingguan ketiga dalam empat pekan terakhir.

Sementara itu, Saudi Aramco akan menunda rilis harga jual resmi untuk penjualan minyak mentah September hingga akhir pekan ini atau awal pekan depan, kata orang-orang yang mengetahui rencana perusahaan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper