Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham properti Filipina mencatat kinerja lebih rendah daripada indeks acuan pada tahun 2020, setelah enam tahun mencatatkan kinerja yang lebih baik.
Dilansir dari Bloomberg, pelemahan indeks properti juga telah menghapus valuasi premium real estate yang biasanya dikuasai oleh pasar yang lebih luas.
Indeks pernah mengalami hal serupa di masa lalu dan mampu rebound dengan cepat Tetapi mengesampingkan sejarah, saat ini kondisi bagi sektor yang menampung beberapa perusahaan paling bernilai di negara ini tidak terlalu menjanjikan.
Lonjakan kasus virus corona di Filipina pada bulan Juli berisiko mengurangi permintaan dan menimbulkan lebih banyak tekanan pada saham real estat.
Pada saat yang sama, pengiriman uang oleh pekerja Filipina di luar negeri dan kepergian sejumlah operator perjudian dari Filipina juga mengaburkan pandangan industri. Padahal, dua hal ini menjadi sumber pendorong utama dalam beberapa bulan terakhir.
"Pandemi adalah pedang Damocles yang menggantung di atas kepala kita. Risiko lebih besar sekarang dan permintaan konsumen benar-benar lemah,” ujar kepala investasi AB Capital & Investment Corp, Gerard Abad, seperti dikutip Bloomberg.
Indeks Properti PSE anjlok hampir 27 persen pada semester I/2020, pelemahan terbesar dalam periode tersebut sejak 2008. Hal ini didorong oleh permintaan perumahan dan komersial yang merosot begitu wabah virus memaksa orang untuk tinggal di rumah dan mengalihkan pengeluaran ke barang-barang kebutuhan pokok.
Sejak awal tahun hingga bulan Juli, indeks yang memiliki kapitalisasi pasar hampir US$36 miliar ini anjlok turun 30 persen. penurunan ini lebih besar dibandingkan indeks Philippines Stock Exchange yang melemah 24 persen.
Manajer investasi di Rizal Commercial Banking Corp, Robert Ramos lebih merekomendasikan sektor konsumen saat ini, terutama produsen dan pengecer barang-barang penting.
“Sektor pasti akan mengungguli begitu Covid menghilang, tetapi untuk saat ini orang menghindari mal dan mereka tidak membeli properti,” ujarnya.