Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah emiten perkebunan mencetak pertumbuhan laba fantastis sepanjang semester I/2020 karena ditopang oleh kenaikan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di tengah pandemi Covid-19.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. mencetak pertumbuhan laba meskipun mengalami penurunan kinerja operasional. Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang Januari-Juni tercatat hampir Rp92 miliar atau melesat 778,5 persen dari periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Padahal, produksi tandan buah segar (TBS) inti turun 7,2 persen menjadi 609.728 ton yang diikuti penyusutan produksi CPO 13,7 persen yoy menjadi 158.030 ton.
Akibatnya, volume penjualan CPO emiten berkode saham LSIP itu turun 15,7 persen menjadi 156.536 ton. Demikian pula dengan penjualan palm kernel dan produk turunan yang terkoreksi 18,7 persen menjadi 42.406 ton.
Meskipun produksi dan volume penjualan kompak berkurang, harga jual rata-rata CPO dan PK anak usaha Grup Salim itu naik masing-masing 21 persen dan 22 persen, sehingga nilai penjualan tidak turun terlalu dalam. Penjualan sepanjang paruh pertama tahun ini Rp1,57 triliun atau turun 1,9 persen.
Presiden Direktur LSIP Benny Tjoeng mengatakan kinerja bottom line yang positif ditopang oleh kenaikan harga rata-rata (ASP) produk sawit yang sedikit mengompensasi penurunan volume penjualan, laba selisih kurs, serta penurunan beban umum dan administrasi.
Baca Juga
“Kami akan terus memperkuat posisi keuangan, pengendalian biaya, peningkatan produktivitas, memprioritaskan belanja modal pada aspek-aspek yang memiliki potensi pertumbuhan serta berfokus pada praktik-praktik agrikultur yang baik dan dikelola secara berkelanjutan,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (31/7/2020).
Benny berharap industri perkebunan akan tetap kompetitif sekaligus menantang pada paruh kedua tahun ini.
Sementara itu, PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) sepanjang paruh pertama tahun ini membukukan lompatan laba bersih 796,6 persen yoy menjadi Rp391,90 miliar sejalan dengan kenaikan pendapatan 6,6 persen yoy menjadi nyaris Rp9,08 triliun.
Senior Vice President of Communications and Public Affair AALI Tofan Mahdi mengatakan harga jual rerata naik secara tahunan pada kuartal I/2020 dan berlanjut ke kuartal berikutnya.
“Tetapi selain harga, program peningkatan produktivitas dan program efisiensi untuk mengantisipasi dampak Covid-19 dapat dijalankan dengan baik. Fokus kami pada semeter II/2020 adalah upaya pencegahan kebakaran lahan,” katanya kepada Bisnis.
AALI berharap dapat mengembalikan kinerja keuangan seperti 2017 dan 2018, ketika laba bersih menyentuh Rp1 triliun.
Adapun PT Dharma Satya Nusantara Tbk. (DSNG) menorehkan laba bersih semester I/2020 sebesar Rp180 miliar, naik 163 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Laba bersih pada paruh pertama tahun ini naik karena DSNG mencatat penjualan hampir Rp3,15 triliun, naik 22 persen secara tahunan. Dari jumlah itu, penjualan kelapa sawit mencapai Rp2,66 triliun atau memberikan kontribusi sekitar 84 persen.
Penjualan segmen usaha kelapa sawit tersebut mengalami kenaikan sebesar 26 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal itu didorong oleh kenaikan harga rata-rata CPO perseroan sebesar 23 persen menjadi Rp7,8 juta per ton dibandingkan semester I/2019 yang hanya Rp6,4 juta per ton.
Direktur Utama Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengatakan harga CPO mulai mengalami tren peningkatan tahun ini setelah sepanjang tahun lalu melemah akibat stok minyak sawit Indonesia dan Malaysia yang melimpah.
“Dibandingkan dengan tahun lalu, harga rata-rata CPO sepanjang semester I/2020 menguat banyak meskipun harga CPO sempat menukik tajam pada kuartal II/2020 akibat imbas pelemahan permintaan pasar karena dampak pandemi Covid-19 di beberapa negara,” katanya.
DSNG, lanjut Adrianto, optimistis tren kenaikan harga CPO akan berlanjut hingga akhir tahun ini seiring dengan pembukaan kembali aktivitas ekonomi di beberapa negara seusai lockdown kuartal lalu.
Selain itu, komitmen Pemerintah Indonesia yang kuat dalam mengembangkan proyek wajib biodiesel akan mendatangkan peluang peningkatan permintaan CPO dalam negeri yang diikuti peningkatan harga minyak nabati itu.
Apalagi, lanjut Adrianto, Pertamina berhasil dalam meningkatkan campuran biodiesel menggunakan minyak sawit hingga 100 persen.
Dari sisi operasional, produksi CPO perseroan mencapai 312.000 ton, naik 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perseroan berhasil meningkatkan kinerja pabrik kelapa sawit dengan perolehan oil extraction rate (OER) sebesar 24,09 persen dibandingkan tahun lalu yang hanya 22,99 persen.
Kenaikan harga CPO juga membalik kinerja keuangan PT Sampoerna Agro Tbk. dari rugi Rp19,22 miliar ada semester I/2019 menjadi laba Rp970 juta pada semester I/2020. Kinerja itu tidak lepas dari kenaikan penjualan 18 persen yoy menjadi Rp1,6 triliun pada semester lalu.
Direktur Utama Sampoerna Agro Budi Halim mengatakan perseroan membukukan harga jual rata-rata produk minyak sawit sebesar Rp8.409 per kg atau 26 persen lebih tinggi dibandingkan semester I/2020 sebesar Rp6.662 per kg. Kenaikan harga mengompensasi penurunan volume penjualan CPO perseroan.
“Total penjualan konsolidasian perseroan naik 18 persen dibandingkan tahun lalu mencapai Rp1,6 triliun. Kenaikan penjualan terutama dikontribusi oleh tingginya penjualan minyak sawit yang menyumbang porsi sebesar 84 persen.”
Dia melanjutkan, perbaikan kinerja juga karena perseroan segera menyelaraskan kembali prioritas usaha dengan menerapkan secara disiplin protokol kesehatan dan keselamatan kerja di tengah pandemi.
“Selain memantau dan membatasi akses pada areal kerja di konsesi operasional perusahaan, upaya business continuity plan perseroan juga meliputi serangkaian inisiatif pencegahan lainnya, seperti pemindahan lokasi kerja beberapa eksekutif senior ke luar Jakarta yang merupakan area zona merah Covid-19,” ujar Budi.
Di sisi lain, kerugian PT Salim Ivomas Pratama Tbk. menciut menjadi Rp301 miliar pada semester lalu setelah setahun kemarin tercatat ‘boncos’ Rp310 miliar.
Penyusutan rugi itu ditolong oleh kenaikan penjualan sebesar 6 persen menjadi Rp6,87 triliun pada semester I/2020 karena kenaikan ASP produk sawit dan produk minyak dan lemak nabati (EOF) yang mengimbangi penurunan volume penjualan EOF.
Berdasarkan data emiten berkode saham SIMP itu, harga jual rata-rata CPO dan PK pada semester I/2020 naik masing-masing 22 persen dan 13 persen yoy.
Direktur Utama SIMP Mark Wakeford mengatakan kenaikan penjualan pada semester I/2020 terutama disebabkan kenaikan ASP produk sawit dan produk EOF di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan.
“Hal ini sebagian diimbangi oleh penurunan volume penjualan produk sawit seiring turunnya produksi,” katanya.
Menurutnya, permintaan minyak sawit pada semester II/2020 akan terpengaruh beberapa faktor, di antaranya permintaan pasar impor utama, seperti China dan India, harga minyak mentah yang memengaruhi permintaan biodiesel, dan harga minyak kedelai.
“Di tengah situasi volatilitas harga komoditas, kami akan terus memprioritaskan investasi belanja modal pada aspek-aspek yang memiliki potensi pertumbuhan, berfokus pada upaya pengendalian biaya, serta inovasi lainnya untuk meningkatkan produktivitas.”
PREDIKSI ANALIS
Beberapa analis memperkirakan kinerja emiten perkebunan akan terus mentereng dengan proyeksi penurunan stok minyak sawit yang dapat mengerek harga jual.
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan memperkirakan persediaan CPO domestik bakal turun 10 persen akhir bulan ini. Dengan demikian inventaris CPO berada di kisaran 3 juta ton.
Menurutnya harga CPO pada tahun ini akan berada di kisaran 2.500 ringgit per ton, naik 16,3 persen daripada proyeksi sebelumnya, karena tekanan pasokan dari Malaysia dan Indonesia. Sementara itu, sisi konsumsi akan naik, terutama karena implementasi B30 yang akan semakin digencarkan oleh pemerintah.
“Oleh karena itu, kami masih overweight terhadap saham sektor CPO dengan rekomendasi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. ,” katanya.
Andy memberikan target harga saham LSIP ke posisi Rp1.600 per saham.
Selain itu, Andy juga merekomendasikan beli untuk PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dengan target harga Rp15.350 per saham. Menurutnya laba bersih perseroan bakal naik hingga Rp803 miliar dengan return on equity mencapai 4,1 persen pada akhir tahun.
Sementara itu, analis Samuel Sekuritas Indonesia Samuel Zisokhi menargetkan beli bagi AALI dengan target harga Rp11.100 per saham.
“Kami memperkirakan harga CPO akan berada di atas level 2.400 ringgit per ton. Dengan demikian, harga jual terjaga di level Rp7.000 per kg. Secara total ASP kami prediksi naik 11,1 persen tahun ini.
Di sisi lain, volume produksi semester II/2020 juga akan pulih seiring cuaca yang membaik sehingga volume CPO tahun ini diperkirakan hanya turun 3,67 persen.