Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten perkebunan diperkirakan bakal terus mentereng dengan proyeksi penurunan produksi minyak sawit yang dapat mengerek harga jual.
Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan memperkirakan persediaan crude palm oil (CPO) domestik bakal turun 10 persen pada akhir bulan ini. Dengan demikian persediaan CPO berada di kisaran 3 juta ton.
Andy menambahkan bahwa produksi CPO menurun sebesar 8,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Adapun volume ekspor justru mengalami peningkatan 4,8 persen dibandingkan Juni. Meski demikian, terdapat sentimen negatif berupa peningkatan pajak ekspor yang rencananya diketuk pada Agustus.
“Mengingat situasi saat ini, kami berpikir bahwa pemerintah Indonesia sedang menghadapi dilema. Oleh karena itu, investor harus mengawasi ekspor CPO Indonesia pengumuman pajak,” katanya dikutip pada Jumat (31/7/2020).
Andy memperkirakan harga CPO pada tahun ini akan berada di kisaran 2.500 ringgit per ton. Angka itu naik 16,3 persen daripada proyeksi sebelumnya.
Hal itu akan didukung oleh tekanan pasokan dari Malaysia dan Indonesia. Sementara itu, dari sisi konsumsi akan naik, terutama dari dalam negeri seiring dengan implementasi B30 yang akan semakin digencarkan oleh pemerintah.
Baca Juga
“Oleh karena itu, kami masih overweight terhadap saham sektor CPO dengan rekomendasi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. [LSIP],”katanya.
Andy memberikan target harga saham LSIP ke posisi Rp1.600 per saham seiring dengan gearing ratio perseroan yang akan bertahan di posisi net cash karena estimasi rendahnya tingkat hutang, bahkan potensi tidak ada hutang sama sekali.
Selain itu, Andy juga merekomendasikan beli untuk PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) dengan target harga Rp15.350 per saham. Menurutnya laba bersih perseroan bakal naik hingga Rp803 miliar dengan return on equity mencapai 4,1 persen pada akhir tahun.
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Samuel Zisokhi menargetkan beli bagi AALI dengan target harga Rp11.100 per saham. Dia memperkirakan harga CPO akan berada di atas level 2.400 ringgit per ton. Dengan demikian harga jual kan terjaga di level Rp7.000 per kg.
Secara total ASP diprediksi naik 11,1 persen tahun ini. Di sisi lain, volume produksi semester II/2020 juga akan pulih seiring cuaca yang membaik sehingga volume CPO sepanjang 2020 hanya turun 3,67 persen.