Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

In Gold We Trust, Keputusan The Fed Bikin Emas Makin Berkilau

Harga emas semakin mendapat angin segar setelah The Federal Reserve mempertahankan bunga acuan dan berkomitmen mengucurkan stimulus untuk memulihkan perekonomian.
Tumpukan emas batangan./Bloomberg
Tumpukan emas batangan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Emas disebut masih akan menjadi aset investasi yang mendapatkan perhatian penuh dari investor. Kilaunya diyakini semakin tidak tertandingi oleh aset investasi manapun seiring dengan kebijakan dovish dari The Federal Reserve.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (30/7/2020) hingga pukul 12.06 WIB, harga emas di pasar spot masih berada di posisi tinggi, yaitu di level US$1.962,02 per troy ounce, terkoreksi 0,44 persen. Emas spot sempat menembus level US$1.981 per troy ounce, level tertinggi emas sepanjang masa.

Sementara itu, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2020 di bursa Comex berada di level US$1.979,4 per troy ounce, menguat 0,14 persen. Adapun, harga emas Comex berhasil menyentuh rekor harganya di level US$2.000 per troy ounce.

Dengan demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 harga emas telah bergerak menguat hampir 30 persen, mengungguli hampir semua kinerja aset investasi lainnya secara year to date.

Di sisi lain, harga emas cetakan PT Aneka Tambang Tbk. atau emas Antam dengan ukuran 1 gram juga berhasil mencetak rekor sepanjang sejarah, yaitu berada di posisi Rp1,016 juta per gram. Pada perdagangan Selasa (28/7/2020), harga emas Antam menembus Rp1.022 juta per gram.

Analis meyakini harga logam mulia akan naik signifikan seiring dengan proyeksi dovish dari kebijakan dan pidato Gubernur The Fed Jerome Powell.

The Federal Reserve akhirnya memang memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga mendekati nol, yaitu pada kisaran 0 persen hingga 0,25 persen. Kalangan analis sebelumnya sudah meyakini bahwa The Fed bakal mempertahankan tingkat suku bunga yang rendah.

“Kebijakan ini berpotensi melemahkan dolar AS dan masih akan menaikan harga emas,” ujar Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra kepada Bisnis, Rabu (29/7/2020).

Dia memperkirakan harga emas di pasar spot masih akan menguji level US$1.980 per troy ounce dalam waktu dekat sebelum menyusul harga emas Comex ke kisaran level US$2.000 per troy ounce.

Senada, Kepala Strategi Pasar AxiCorp Ltd Stephen Innes mengatakan bahwa ketika ekspektasi kebijakan The Fed yang sangat dovish disandingkan dengan meningkatnya ketegangan geopolitik AS dan China, serta kekhawatiran penyebaran Covid-19, emas akan menjadi sangat menarik.

Investor diyakini semakin memburu emas sebagai aset lindung nilai di tengah banyak ketidakpastian tersebut.

“Apalagi, ketika sentimen itu dikombinasikan dengan rekor penumpukan utang Pemerintah AS dan kekhawatiran nyata tentang daya tahan dolar AS sebagai mata uang cadangan telah menjadi sangat terlihat sehingga mendorong emas yang paling relevan sebagai aset investasi aman,” ujar Innes seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/7/2020).

Untuk diketahui, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama terus melemah dalam beberapa perdagangan terakhir. Pada perdagangan Rabu (29/7/2020), indeks dolar AS melemah 0,16 persen ke level 93,542.

Hal itu kontras dengan pergerakan indeks dolar AS pada medio Maret lalu, kala greenback menjadi tempat pelarian para investor untuk menyelamatkan nilai aset dan sempat terbang ke posisi 102,817.

Sepanjang tahun berjalan 2020, indeks dolar AS telah bergerak melemah hingga 2,93 persen.

Adapun, dengan lebih banyak katalis positif diproyeksikan memenuhi pasar emas dalam jangka menengah, Goldman Sachs Group Inc. pun telah menaikkan proyeksi harga emas mereka untuk 12 bulan ke depan menjadi US$2.300 per troy ounce.

Sementara itu, Kepala Strategi Principal Global Investors Seema Shah mengatakan bahwa pergerakan emas ini hampir mirip dengan yang terjadi pada 2008-2011, ketika pasar dihantui krisis keuangan yang mendorong harga emas menyentuh level tertingginya kala itu di US$1.911 per troy ounce.

Dia menjelaskan bahwa, laju pergerakan emas saat ini akan bergantung terhadap perkembangan vaksin Covid-19, karena pandemi ini telah menguatkan sinyal resesi oleh banyak negara.

Berdasarkan data worldometers, per 28 Juli 2020 total kasus positif covid-19 di seluruh dunia sudah mencapai 16.884.052 jiwa, bertambah 247,840 kasus dari hari sebelumnya. AS masih menjadi episentrum penyebaran Covid-19 dengan total kasus positif mencapai 4.498.338 dengan penambahan kasus baru sebesar 64.729.

“Sampai vaksin tersedia dan setiap kemungkinan resesi itu masih ada penguatan emas akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang tidak terkalahkan dari aset lainnya,” ujar Shah.

Dengan kata lain selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, ketidakpastian akan tetap membayangi laju ekonomi global. Di saat itu lah, in gold we trust.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper