Bisnis.com, JAKARTA – Koreksi dolar Amerika Serikat semakin memburuk. Banyak pengelola uang (money manager) mengambil posisi pelemahan yang berkepanjangan selama musim panas.
Bloomberg Dollar Spot merosot ke kisaran level terendah dalam 18 bulan pada perdagangan Senin (27/7/2020), memperpanjang penurunannya selama empat pekan.
Berdasarkan data Bloomberg, dolar AS melemah lebih dari 0,5 persen terhadap mata uang yen, euro, pound sterling, dan dolar Australia. Adapun, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,8 persen ke level terlemahnya sejak Februari 2019.
Data dari Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas menunjukkan bahwa manajer aset bertaruh pada penurunan dolar AS yang panjang serta menambah posisi net buy pada yen, euro, dolar Kanada, dan franc Swiss.
Ada banyak alasan untuk bertaruh melawan greenback, antara lain tensi yang memanas dengan China dan kekhawatiran bahwa AS sedang berjuang untuk menahan pandemi Covid-19.
Ada pula ketidakpastian menjelang agenda pemilihan presiden pada November dan meningkatnya harapan bahwa bank sentral Federal Reserve akan memangkas suku bunga kebijakan lebih lanjut .
Baca Juga
“Kekuatan dolar benar-benar berakhir untuk saat ini,” kata Kepala riset di K2 Asset Management George Boubouras, seperti dilansir Bloomberg.
“Lebih banyak stimulus Fed akan datang ketika AS bergulat dengan virus ini. Ada juga ketidakpastian pemilu yang akan datang, semua ini kemungkinan besar akan menjadi negatif untuk dolar,” imbuhnya.
Kompilasi data Bloomberg mengenai posisi net nonkomersial atas dolar AS terhadap delapan mata uang menunjukkan posisi short terbesar terhadap greenback sejak April 2018.
Krisis Covid-19 telah memaksa The Fed memangkas biaya pinjaman mendekati nol dan mendorong spekulasi suku bunga negatif.
Banyak trader memperkirakan The Fed akan mengindikasikan lebih banyak langkah akomodatif menjelang pertemuan kebijakan yang digelar 28-29 Juli.
“Dolar akan terus membuat posisi terendah baru. Kinerja ekonomi AS yang buruk cenderung memberi dorongan atas berlanjutnya kinerja dolar yang kurang baik,” jelas Kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman Win Thin.
Kondisi ini juga menarik komentar dari tokoh seperti investor Ray Dalio, yang mengatakan konflik antara AS dan China akan semakin menekan dolar AS.