Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emisi Obligasi Capai Rp33,66 Triliun karena Bank Pelit Beri Kredit?

Emisi obligasi masih bertambah di tengah pandemi virus corona
Aktivitas penggalangan dana di pasar modal melalui penerbitan instrumen obligasi terus bertambah. (Bisnis/Arief Hermawan P)
Aktivitas penggalangan dana di pasar modal melalui penerbitan instrumen obligasi terus bertambah. (Bisnis/Arief Hermawan P)

Bisnis.com, JAKARTA— Bursa Efek Indonesia mencatat kenaikan emisi obligasi dan sukuk di pasar modal dalam sepekan terakhir sehingga total emisinya mencapai Rp33,66 triliun.

Dalam keterangan resminya, Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia, Yulianto Aji Sadono mengatakan bahwa dalam sepekan terdapat satu pencatatan obligasi dengan nilai Rp2,11 triliun dan sukuk Rp346 miliar.

Pencatatan tersebut dilakukan oleh PT Sarana Multigriya Finance melalui Obligasi Berkelanjutan V Sarana Multigriya Finansial Tahap IV Tahun 2020 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Sarana Multigriya Finansial Tahap II Tahun 2020.

Kedua seri tersebut mendapatkan peringkat idAAA dan idAAA(sy) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan melibatkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai wali amanat.

Dengan demikian, realisasi emisi obligasi dan sukuk sepanjang tahun ini telah bertambah.

“Total emisi Obligasi dan Sukuk yang sudah tercatat sepanjang tahun 2020 adalah 40 Emisi dari 28 Emiten senilai Rp33,66 triliun,” katanya.

Adapun, dari sisi outstanding, total emisi obligasi dan sukuk mencapai 429 emisi dengan nilai Rp420,97 triliun dan US$47,5 juta yang berasal dari 118 emiten. Sementara itu, untuk instrumen lain yakni efek beragun aset (EBA) realisasinya mencapai Rp8,84 triliun.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 97 seri dengan nilai nominal Rp3.131,57 triliun dan US$400 juta,” katanya.

Sebelumnya, Wakil Direktur Bank Mandiri Hery Gunardi mengatakan pada posisi Mei 2020, loan at risk (LaR) Bank Mandiri sebesar 11,93 persen, naik 85 basis poin (bps) dibanding posisi Maret 2020 yakni 11,09 persen.

Kenaikan tersebut berasal dari restrukturisasi debitur yang terdampak virus corona. Meskipun terjadi peningkatan LaR, Hery menilai risiko kredit Bank Mandiri secara keseluruhan masih terkendali.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan risiko kredit yang tinggi tidak membuat perseroan menahan penyaluran kredit. Hanya saja, saat ini permintaan kredit memang sedang lesu. 

Sejumlah sektor yang masih memerlukan tambahan modal kerja karena bisnisnya mulai berkembang tetap akan disalurkan kredit oleh BCA. Perseroan saat ini selektif menyalurkan kredit kepada debitur yang membutuhkan dan sesuai dengan prospek. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper