Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Ditutup Melemah, Shanghai Composite Anjlok 4,5 Persen

Dilansir dari Bloomberg, koreksi terdalam terjadi pada Shanghai Composite yang anjlok 4,50 persen ke level 3.210,09. Hal serupa juga terjadi di indeks Hang Seng Hong Kong yang ambles 1,72 persen ke 25.044,31.
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia ditutup terkoreksi pada perdagangan Kamis (16/7/2020) ditengah rilis data ekonomi China yang menunjukkan pemulihan ekonomi global yang akan penuh tantangan.

Dilansir dari Bloomberg, koreksi terdalam terjadi pada Shanghai Composite yang anjlok 4,50 persen ke level 3.210,09. Hal serupa juga terjadi di indeks Hang Seng Hong Kong yang ambles 1,72 persen ke 25.044,31.

Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan juga ditutup di zona merah dengan pelemahan 0,82 persen di kisaran 2.183,76. Menyusul di belakangnya adala S&P/ASX 200 Australia yang terkoreksi 0,69 persen dan Topix Jepang dengan koreksi 0,66 persen.

Pada perdagangan hari ini, investor terlihat lebih pasif setelah sentimen progres vaksin virus corona mendorong pasar ke arah positif pada Rabu kemarin. Saham Moderna Inc mencatatkan rekor kenaikan tertinggi setelah hasil uji vaksin yang menjanjikan. Perusahaan pembuat vaksin lainnya, AstraZeneca Plc, juga mengemukakan optimismenya pada produk vaksin garapannya.

Saat ini, perhatian investor tertuju pada rilis data ekonomi China berupa jumlah produk domestik bruto (PDB) Negeri Panda pada kuartal II/2020 yang dapat memberi gambaran proyeksi kegiatan ekonomi mendatang.

"Sejumlah indikator menunjukkan bahwa harapan pasar untuk mendapatkan sedikit keuntungan pada kuartal ini akan tercapai. Yang perlu diperhatikan pada hari ini adalah pemulihan permintaan yang terjaga dan akan terus menyebar," jelas Portfolio Manager Pendal Group, Amy Xie Patrick.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump enggan meningkatkan tensi hubungan antara AS dan China yang sudah mendidih. Ia diperkirakan tidak akan mengeluarkan sanksi lebih lanjut setelah dirinya menerbitkan peraturan yang memperbolehkan AS menindak para pejabat China yang dianggap menekan aksi demonstrasi di Hong Kong pada Rabu kemarin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper