Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada awal perdagangan hari ini, Rabu (15/7/2020), seiring dengan menguatnya mayoritas bursa saham di Asia.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG menguat 0,3 persen atau 15,04 poin ke level 5.094,16 pada pukul 09.13 WIB dari level penutupan sebelumnya.
Pada perdagangan Selasa (14/7/2020), IHSG berhasil ditutup di level 5.079,12 dengan penguatan 0,29 persen atau 14,67 poin, kenaikan hari kedua berturut-turut.
Indeks bahkan sempat melanjutkan penguatannya hingga menembus level 5.100 pada awal perdagangan Rabu. Sepanjang perdagangan pagi ini, indeks bergerak dalam kisaran 5.079,62 – 5.100,81.
Seluruh 10 sektor dalam IHSG bergerak positif, dipimpin pertanian (+3,39 persen), industri dasar (+0,87 persen), dan aneka industri (+0,83 persen).
Mayoritas indeks saham lain di Asia ikut bergerak positif, antara lain Nikkei 225 dan Topix Jepang yang masing-masing naik tajam 1,33 persen dan 1,32 persen.
Baca Juga
Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong dan Kospi Korea Selatan kompak menanjak 0,96 persen, Taiex Taiwan naik 0,57 persen, dan S&P/ASX 200 Australia menguat 1,28 persen.
Secara keseluruhan, bursa Asia menguat mengekori bursa saham Amerika Serikat pada akhir perdagangan Selasa (14/7). Dow Jones Industrial Average melonjak 2,13 persen menjadi 26.642,59, S&P 500 Index naik 1,34 persen ke level 3.197,52, dan Nasdaq Composite Index ditutup menguat 0,94 persen ke level 10.488,58.
Kontrak berjangka indeks S&P 500 terindikasi menguat pagi ini setelah vaksin Covid-19 oleh Moderna Inc. dikabarkan memproduksi antibodi dalam pada semua pasien yang melakukan tes dalam uji coba awal.
Di sisi lain, volatilitas untuk aset berisiko tetap tinggi karena kekhawatiran tentang kasus baru Covid-19 diimbangi oleh optimisme atas pengeluaran stimulus dan pemulihan ekonomi.
Namun, seiring dengan munculnya penyebaran baru infeksi Corona di seluruh dunia, otoritas negara-negara di dunia menempatkan langkah-langkah yang lebih ketat untuk mengendalikannya.
“Ini adalah tarik ulur antara asumsi yang berpandangan ke depan tentang sebuah vaksin dan pengobatan versus apa yang terjadi hari ini terkait kasus, tingkat kematian, dan penyebarannya,” tutur co-chief investment strategist di John Hancock Investment Management Matt Miskin, dikutip dari Bloomberg.