Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (9/7/2020).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,46 persen atau 23,38 poin menjadi 5.052, setelah bergerak di rentang 5.041,93 - 5.111,56. Terpantau 195 saham menguat, 205 saham merah, dan 172 saham stagnan.
Dua saham yang paling banyak ditransaksikan ialah PT Bank Central Asia Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Namun, koreksi BBCA dan BBRI membuat laju IHSG tersungkur menjelang akhir perdagangan Kamis (9/7/2020).
Nilai transaksi saham BBRI mencapai Rp589,9 miliar, sedangkan transaksi saham BBCA sejumlah 576,8 miliar. Saham BBRI berakhir koreksi 1,57 persen menuju Rp3.140, sedangkan saham BBCA turun 1,61 persen menjadi Rp30.500.
Bersama dengan kedua saham tersebut, saham-saham sektor perbankan lainnya pun berguguran. Sentimen ini membuat sektor finansial terkoreksi 0,69 persen.
Sementara itu, Setelah dibuka variatif, pasar Asia mampu melaju ke zona hijau ditengah panasnya tensi hubungan antara Amerika Serikat dan China.
Baca Juga
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (9/7/2020), pergerakan positif pasar Asia dimotori oleh indeks Shanghai Composite di China yang melonjak 1,36 persen ke posisi 3.449,96. Menyusul dibelakangnya, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,59 persen ke level 5.955,5.
Sementara itu, bursa Kospi Korea Selatan juga mengikuti tren positif bursa regional dengan penguatan 0,42 persen dan bertengger di level 2.167,9. Adapun indeks Topix Jepang menutup perdagangan hari ini secara stagnan di posisi 1.557,24.
Para investor tidak terpengaruh sentimen lonjakan angka kasus positif virus corona di AS yang telah menyentuh angka 3 juta jiwa. Jumlah tersebut meliputi lebih dari seperempat total kasus secara global.
Sementara itu, di Asia, para investor memperhatikan pergerakan indeks Shanghai Composite yang menunjukkan reli positif selama seminggu belakangan.
Chief Investment Officer di Spotlight Asset Group, Shana Sissel mengatakan selama bank sentral terus berupaya untuk mengucurkan stimulus, pasar kemungkinan akan tetap bergerak lebih tinggi.
"Faktor ini akan memisahkan diri dari sentimen fundamental ekonomi yang biasanya menjadi penentu pergerakan harga saham," jelasnya.