Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat obligasi PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) menjadi BBB+.
Penurunan peringkat itu turut berimbas terhadap saham BUMN tersebut. Pada penutupan perdagangan Selasa (7/7/2020), saham WSKT terkoreksi 1,39 persen atau 10 poin menjadi Rp710, setelah bergerak di rentang Rp705 - Rp730.
Sebetulnya saham WSKT sempat bertahan di zona hijau, tetapi kemudian terkoreksi menjelang perdagangan berakhir. Sepanjang tahun berjalan, saham WSKT terkoreksi 52,19 persen. Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp9,64 triliun.
Sementara itu, Analis Pefindo Yogie Surya Perdana dan Aryo Perbongso dalam laporannya pada Selasa (7/7/2020) menyebutkan, penurunan peringkat obligasi emiten konstruksi tersebut disebabkan karena beban keuangan yang tinggi dan lemahnya rasio utang dan profitabilitas perusahaan.
Menurut Pefindo, beban keuangan WSKT akan kian meningkat sepanjang tahun ini dan perusahaan akan lebih bergantung pada sumber dana eksternal untuk modal kerja. Adapun berdasarkan standar Pefindo, obligor dengan rating BBB memiliki kapabilitas yang cukup untuk menyelesaikan kewajiban pembayaran utang jangka panjang.
“Peringkat ini tetap mencerminkan kekuatan pasar WSKT di sektor konstruksi, keuntungannya sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan margin yang baik. Meski demikian, volatilitas pasar konstruksi, risiko dari ekspansi bisnis ke bidang jalan tol dan divestasinya menjadi penekan rating utang WSKT,” demikian kutipan laporan analis tersebut.
Baca Juga
Peringkat utang ini juga masih dapat diturunkan kembali apabila beban keuangan WSKT semakin meningkat serta rasio utang dan profitabilitas yang merosot hingga kurang dari 1 kali. Selain itu, turunnya capaian kontrak baru yang dapat menekan laba usaha juga menjadi pertimbangan lain untuk kembali merevisi peringkat utang WSKT.
“Sebagai salah satu pemain utama dalam pembangunan infrastruktur nasional, WSKT diperkirakan akan tetap mendapatkan akses likuiditas dari bank-bank domestik, utamanya BUMN,” demikian kutipan laporan tersebut.
Sementara itu, outlook WSKT dipertahankan pada level negatif seiring dengan pandemi virus corona yang menghambat pelaksanaan proyek-proyek dan kontrak kerja yang dimiliki. Outlook tersebut berpotensi diturunkan apabila pandemi ini berlangsung lebih lama dan akan menghambat kegiatan operasional perusahaan.
“Outlook negatif disematkan untuk mengantisipasi risiko refinancing yang semakin tinggi dan lingkungan kredit yang memburuk,” jelasnya.
Saat ini, WSKT memiliki utang obligasi sebanyak Rp2,5 triliun yang akan jatuh tempo pada Oktober 2020. Manajemen perusahaan diperkirakan akan menggunakan kas internal untuk melunasi kewajibannya.
Selain itu, WSKT juga berencana untuk kembali menerbitkan obligasi senilai Rp4,5 triliun yang akan digunakan untuk modal kerja dan pembiayaan.