Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan dramatis pada pasar saham China selama sepekan terakhir mengundang perbandingan kondisi dengan gelembung (bubble) yang meledak secara spektakuler lima tahun lalu.
Dalam banyak hal, laju kenaikan tersebut cocok dengan pergerakan yang dimulai pada beberapa pekan terakhir 2014. Indeks CSI 300 kini telah naik 14 persen dalam lima hari perdagangan, terbesar sejak Desember tahun itu. Indeks yang mengukur momentum pada CSI 300 juga adalah yang terkuat sejak akhir 2014.
Saham-saham broker melonjak ketika omset harian melampaui 1,5 triliun yuan (US$213 miliar) untuk pertama kalinya sejak 2015, yang menunjukkan peningkatan partisipasi dari investor ritel.
Indeks Shanghai Composite naik 5,7 persen pada perdagangan hari ini, Senin (6/7/2020), kenaikan terbesarnya dalam lima tahun. Kenaikan saham lebih dari 5 persen pada perdagangan hari ini hanya terjadi satu kali sebelumnya sejak bubble pecah.
Suku bunga yang rendah, antara lain, mendorong pelaku pasar China masuk ke dalam saham. Penguatan ini juga ditopang oleh nada antusias yang disuarakan media pemerintah.
Editorial halaman depan Times Securities China hari ini menuliskan bahwa mengembangkan pasar bullish yang “sehat” pascapandemi Covid-19 kini lebih penting bagi perekonomian daripada sebelumnya.
Baca Juga
Sementara itu, media sosial China meledak dengan pencarian untuk istilah "buka akun saham". Sentimen bullish juga mengangkat nilai tukar yuan terhadap dolar AS.
Tapi, ada pula perbedaan utama antara saat ini dan 2014, termasuk titik awal yang lebih rendah untuk valuasi ekuitas. Sementara lebih banyak pedagang mengambil utang untuk membeli saham, leverage di pasar saham mencapai sekitar separuh dari pada puncaknya lima tahun lalu.
Di sisi lain, bank sentral China kali ini mengambil pendekatan hati-hati terhadap likuiditas, dengan menarik dana dari sistem keuangan untuk hari ketujuh pada Senin.
“Sangat kecil kemungkinan bagi kita untuk mengalami boom-and-bust seperti yang kita alami pada 2014 dan 2015,” ujar Fund Manager di Hengsheng Asset Management Co., Dai Ming.
“Pasar tidak dibanjiri dengan uang di mana-mana seperti terakhir kali. Beijing masih sangat berhati-hati dengan kebijakan moneternya,” jelas Ming, dilansir dari Bloomberg.
Membicarakan saham adalah permainan yang berbahaya di China, di mana pilihan investasi terbatas karena kontrol modal. Pada 2014, kata-kata yang mendorong semangat dari media pemerintah membantu membangkitkan kembali minat pada apa yang sebelumnya merupakan pasar ekuitas yang membosankan.
Hasilnya adalah gelembung spekulatif berbahan bakar utang yang meledak dan memusnahkan nilai sebesar US$5 triliun. Sama seperti saat itu, regulator baru-baru ini meluncurkan langkah-langkah untuk membangkitkan perdagangan, termasuk pendekatan baru yang efisien untuk penawaran saham perdana (IPO).
“Negara sangat berhati-hati dalam menciptakan boom-bust lain seperti yang terlihat pada tahun 2015, menyadari bahwa kerugian akibat kepercayaan diri yang berasal dari bust itu lebih besar daripada manfaat dari kenaikan,” tutur fund manager Shanghai Zhuozhu Investment Management Co. Wang Zhuo.