Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kian mendekati rekor tertinggi yang tercipta pada 2012 lalu setelah menyentuh US$1.784 per troy ounce. Harga emas tertinggi tercatat pada 14 April 2012 sebesar US$1.790 per troy ounce.
Berdasarkan data Bloomberg, hingga Selasa (23/6/2020) pukul 15.19 Waktu New York atau Rabu (24/6/2020) 02.19 WIB, harga emas Comex untuk kontrak Agustus 2020 menembus level US$1.784 per troy ounce, naik 1,01 persen dari penutupan sebelumnya di posisi US$1.766,4.
Sementara itu, harga emas di pasar spot juga menguat 0,82 persen ke posisi US$1.768,92 per troy ounce. Harga emas baik berjangka maupun di pasar spot telah naik lebih dari 13 persen dalam periode tahun berjalan.
Kenaikan harga emas hingga mendekati rekor tertinggi terjadi sejak dua hari lalu. Ketidakpastian meningkat menyusul kekhawatiran atas gelombang kedua infeksi virus corona dan meningkatnya ketidakpastian di Hong Kong setelah China merilis rincian undang-undang keamanan nasional.
Harga menguat ketika kasus virus corona di sejumlah negara bagian AS melonjak, sementara tingkat infeksi di Jerman naik, dan negara bagian terpadat kedua di Australia, Victoria, memperketat kontrol menyusul lonjakan kasus.
Sementara itu, China mengkonfirmasi usulan undang-undang keamanan nasional yang memungkinkan Beijing untuk mengesampingkan sistem hukum Hong Kong. Keputusan ini diperkirakan menambah ketegangan antara China dengan AS.
Dilansir dari Bloomberg, Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan harga emas akan menyentuh US$2.000 per troy ounce. Sementara itu, JPMorgan Chase & Co. mengimbau investor untuk mempertahankan kepemilikan emas karena menjadi instrumen paling berpengaruh pada iklim dengan imbal hasil riil rendah.
"Pasar bersikap optimis akhir-akhir ini, mengabaikan data dan arus berita yang buruk dan bertaruh pada pemulihan yang kuat, tetapi satu hal yang pasar tidak dapat abaikan adalah perlambatan ekonomi dan ancaman lockdown kedua," kata ahli strategi riset di Pepperstone Ltd, Sean MacLean, seperti dikutip Bloomberg.
Fawad Razaqzada, analis pasar di ThinkMarkets di London mengatakan penguatan harga emas juga ditopang stimulus yang membanjiri pasar keuangan. Langkah Bank of England menambah program pembelian obligasi pekan lalu dan sinyal suku bunga rendah oleh Federal Reserve menjadi pengungkit kenaikan harga emas.
"Peningkatan jumlah stimulus moneter cenderung mendukung emas tanpa imbal hasil sebagai lindung nilai terhadap penurunan suku bunga," ujarnya.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan secara teknikal harga emas masih akan cenderung naik selama harga masih bergerak di atas level indikator moving average 50-100-200. Jika harga bergerak naik, area 1762 akan menjadi level resisten terdekat.
"Jika menembus ke atas dari zona tersebut, emas berpotensi memicu kenaikan lanjutan ke 1.770 sebelum mengincar resisten kuat di 1.785," tulisnya dalam laporan yang dikutip Bisnis, Rabu (24/6/2020).