Bisnis.com, JAKARTA — Minimnya realisasi aksi buyback oleh perusahaan tercatat akibat bayang-bayang ketidakpastian.
Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menjelang semester I berakhir jumlah pembelian kembali saham baru terealisasi 8,8 persen. Dari 67 perusahaan tercatat yang berencana melakukan pembelian kembali saham sebesar Rp19,6 triliun yang terealisasi baru Rp1,77 triliun.
Dengan kata lain saat ini masih tersedia dana sebesar Rp17,83 triliun yang bakal dipakai untuk membeli kembali saham. Namun periode pembelian kembali saham bakal berakhir pada bulan ini.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan banyak faktor yang membuat perseroan menahan aksi tersebut. Menurutnya meskipun perusahaan telah mengumumkan aksi tersebut bukan berarti pelaksanaannya wajib dilakukan.
"Faktor minimnya realisasi ada banyak, salah satunya adalah dana itu bisa dicadangkan untuk hal lain," katanya kepada Bisnis, Jumat (19/6/2020).
Maximilianus mengatakan dalam kondisi penuh ketidakpastian seperti sekarang, manajemen harus cermat dalam melakukan pengeluaran. Pasalnya, selama wabah virus korona belum tertangani pasar akan terus bergejolak.
Maka itu, lanjutnya, dana yang sebelumnya dialokasikan untuk membelanjakan saham tidak kunjung digunakan. Apalagi untuk beberapa perusahaan tercatat yang berada di sektor infrastruktur, pertambangan atau bahkan properti yang memerlukan modal yang kuat.
"Saat ini kalau mau dilakukan perseroan juga melihat momentumnya karena jangan sampai aksi buyback sia-sia. Setiap IHSG menyentuh 5.000 pasti turun lagi karena memang belum ada daya dorong penguatan," katanya.
Meski demikian, Maximilianus menilai kebijakan buyback tanpa Rapat Umum Pemegang Saham yang diterapkan 3 bulan lalu telah memberikan sedikit stimulus. Pasalnya, pasar mendapatkan sentimen positif bahwa indeks tidak akan dibiarkan jatuh terlalu dalam.
"Walau realisasinya tidak besar tapi kebijakan itu berpengaruh terhadap pasar sehingga ramai kembali saat sedang turun beberapa bulan kemarin," katanya.
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Timah Tbk. Wibisono mengatakan sejauh ini perseroan tidak melakukan aksi buyback . Sebelumnya, Timah siap menyerap kembali saham yang beredar dengan melakukan pembelian kembali atau buyback dengan dana yang dialokasikan sebanyak-banyaknya Rp100 miliar.
Perseroan menjelaskan bahwa saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 20 persen dari jumlah modal disetor, dengan ketentuan paling sedikit saham yang beredar adalah 7,5 persen dari modal disetor dalam perseroan.
Akan tetapi sampai dengan batas aksi itu pada 16 Juni 2020, TINS tidak melancarkan pembelian sama sekali. Wibisono menilai harga pasar saat ini sudah jauh di atas yang bakal diserap.
"Aksi itu kami umumkan ke pasar sebagai pesan bahwa sebenarnya secara fundamental kami tidak apa-apa," ungkapnya.
Berdasarkan data Bloomberg, sekalipun perseroan tidak melaksanakan aksi itu tetapi dalam 3 bulan terakhir harga rebound 84,65 persen. Posisi terendah berada di Rp352 pada 19 Maret 2020) menjadi Rp650 pada 16 Juni 2020.
Emiten tekstil PT Pan Brothers Tbk. (PBRX) urung melakukan pembelian saham kembali dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.
Berdasarkan sumber keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada Rabu (17/6/2020), perseroan mengumumkan tidak melakukan pembelian kembali saham mulai tanggal 17 Maret 2020 hingga 16 Juni 2020 seperti yang dijadwalkan sebelumnya.
“Kami akan menggunakan seluruh sumber daya keuangan kami untuk mendukung operasional perusahaan,” tulis manajemen dalam keterangannya.
Dalam surat yang ditandatangani oleh Direktur Fitri Ratnasari Hartono dijelaskan bahwa perseroan akan memberdayakan seluruh upaya agar secara fundamental perusahaan akan mendapatkan yang terbaik untuk seluruh pemegang kepentingan termasuk di dalamnya pemegang saham.
Merujuk pada surat sebelumnya bertanggal 16 Maret 2020, emiten berkode saham PBRX tersebut memang berencana untuk melakukan pembelian kembali saham yang disebabkan oleh pasar yang berfluktuasi signifikan.
Baca Juga
Pemasok pakaian untuk jenama Uniqlo tersebut awalnya merencanakan buyback saham sebanyak-banyaknya Rp210 miliar untuk membeli sebanyak-banyaknya 525 juta lembar saham. Angka tersebut setara dengan 8,1 persen modal ditempatkan dan disetorkan penuh perseroan yang akan dilakukan secara bertahap.