Bisnis.com, JAKARTA – Irak sepakat bakal memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari untuk menjaga harga minyak stabil di level US$40 per barel.
Pada Mei, kuota produksi Irak berada di level 573.00 barrel yang menyalahi kesepakatan di antara negara-negara OPEC+. Maka itu, Irak telah berjanji untuk mengurangi produksi harian menjadi 57.000 barel per hari di pada Juli dan 258.000 pada Agustus dan September.
Kecurangan yang dilakukan oleh Irak pada bulan lalu menyebabkan kesepakatan pemotongan produksi OPEC+ sebesar 9,76 juta barel per hari tidak tercapai. Meski demikian, Ben Luckock, Head of Oil Trading Trafigura Group menilai ketegasan OPEC+ dalam memberikan sanksi kepada Irak bakal memulihkan harga.
“OPEC + menjalankan tugasnya dengan sangat serius. Kinerja akan terjadi lebih baik. Pesan di pertemuan terakhir sangat diterima serius, dan tidak ada yang ingin pergi ke pertemuan OPEC + berikutnya dan dicap sebagai penipu,” katanya seperti dilansir oleh Bloomberg pada Jum’at (19/6/2020).
Harga minyak internasional kini telah stabil di dekat US$40 per barel. Pemulihan harga terjadi setelah negara OPEC+ mengakhiri perang harga dan melakukan pemangkasan produksi terbesar yang pernah ada.
Meski begitu, pasar minyak tetap rentan, dengan surplus besar di tumpukan bahan bakar dan ancaman gelombang kedua virus yang membebani harga. OPEC + sepakat awal bulan ini untuk melanjutkan pemotongannya pada level terdalam di bulan Juli. Kelompok ini juga memberi tekanan kuat pada anggota yang tidak mencapai pengurangan produksi seperti yang mereka janjikan.
Baca Juga
Dalam pertemuan hari Kamis, OPEC + dan Komite Pemantau menyetujui bahwa persediaan minyak global dapat turun ke level rata-rata lima tahun di akhir tahun ini atau di pertengahan 2021, asalkan tiap negara anggota memenuhi kewajibannya.
Di bawah perjanjian saat ini, OPEC + akan mengecilkan produksi menjadi 7,7 juta barel per hari dari Agustus hingga Desember, lalu menyusutkan lebih lanjut menjadi 5,7 juta barel per hari hingga April 2022.