Bisnis.com, JAKARTA — Keputusan Bank Indonesia menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate dapat menjadi sentimen positif penahan koreksi indeks harga saham gabungan yang tertekan proyeksi pertumbuhan negatif pada kuartal II/2020.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yang berlangsung pada 17 Juni 2020—18 Juni 2020, memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen. Sejak Juli 2019, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 175 bps.
Di sisi lain, BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan menurun pada kuartal II/2020. Namun, bank sentral melihat dalam perkembangan terkini tekanan mulai berkurang.
BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada kuartal III/2020. Hal itu sejalan dengan relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh.
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun kisaran 0,9 persen hingga 1,9 persen pada 2020 dan meningkat kembali ke kisaran 5,0 persen hingga 6,0 persen pada 2021. Pendorong laju perekonomian yakni perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan bank sentral.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 1,25 persen ke level Rp4.925,248 akhir perdagangan, Kamis (18/6/2020). Tercatat, 174 emiten menguat, 240 terkoreksi, dan 279 stagnan.
Baca Juga
Sektor saham infrastruktur menjadi penopang pergerakan IHSG dengan menguat 1,26 persen. Sebaliknya, sektor saham keuangan menjadi penekan utama indeks dengan koreksi 1,27 persen.
Investor asing tercatat membukukan net sell atau jual bersih Rp83,09 miliar. Total net sell di seluruh papan perdagangan senilai Rp11,72 triliun secara year to date (ytd).
Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan sentimen penurunan suku bunga memberikan dampak positif terhadap pergerakan IHSG, Kamis (18/6/2020). Keputusan itu mengimbangi perkiraan kabar penurunan pertumbuhan kuartal II/2020.
Aria mengatakan secara jangka pendek sentimen pemangkasan suku bunga akan berdampak positif bagi IHSG. Setidaknya, sampai munculnya laporan keuangan emiten kuartal II/2020.
“Dampak jangka menengah juga cukup baik,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (18/6/2020).
Dia mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 telah diperhitungkan oleh pasar. Investor saat ini mengharapkan pemulihan bertahap pada kuartal III dan kuartal IV tahun ini.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan saat ini pasar masih mengkhawatirkan potensi penyebaran Covid-19 gelombang kedua. Selain itu, kondisi Semenanjung Korea yang memanas juga menjadi sorottan.
“Penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate serta perkiraan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 yang dijelaskan dalam RDG BI membuat para pelaku pasar lebih cenderung bersikap wait and see untuk saat ini,” ujarnya.
Analis Makro Ekonomi Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin menyampaikan pemangkasan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps oleh Bank Indonesia sesuai secara fundamental. Setidaknya ada tiga faktor yang mendasarinya.
Pertama, sejauh ini di tahun 2020, Bank Indonesia baru memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps, jauh di bawah pemangkasan yang dilakukan oleh The Fed sebesar 150 bps.
Kedua, Mirae memproyeksikan inflasi akan berada di bawah 3 persen pada tahun ini karena lemahnya permintaan. Ketiga, ada selisih yang cukup besar antara imbal hasil obligasi dan inflasi.
“Kami percaya bahwa pemangkasan tingkat suku bunga acuan oleh BI merupakan langkah yang dibutuhkan karena kami melihat bahwa apresiasi di pasar saham AS yang terjadi belakangan ini, yang pada akhirnya mendorong apresiasi IHSG dan rupiah, mulai kehilangan pijakannya,” pungkasnya.