Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah negara di kawasan Uni Eropa diminta untuk segera melakukan deregulasi pasar modalnya untuk menarik minat investor masuk untuk menanamkan modalnya.
Berdasarkan laporan dari Bloomberg pada Rabu (10/6/2020), riset tersebut menyatakan kebutuhan Eropa akan suntikan modal baru kian genting setelah pemerintah negara-negara kawasan tersebut telah melakukan penjualan surat utang besar-besaran untuk menghadapi pandemi virus corona. Selain itu, Uni Eropa juga telah kehilangan pusat kegiatan finansialnya setelah Inggris melepaskan diri dari organisasi tersebut.
Laporan tersebut dibuat oleh sebuah panel beranggotakan 28 orang yang dipimpin oleh Thomas Wieser. Beberapa anggota panel tersebut di antaranya adalah Chairman Societe Generale SA, Lorenzo Bini Smaghi, Chairman JPMorgan Chase & Co, Vittorio Grilli, dan CEO Euronext NV Stephane Boujnah.
Pada laporan setebal 129 halaman tersebut, pemerintah negara Uni Eropa diminta menghilangkan rintangan-rintangan yang ada untuk berinvestasi, meningkatkan investasi ritel, mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap bank, dan menekan perusahaan-perusahaan baru untuk keluar dari negara asalnya.
Laporan tersebut juga meminta negara-negara Uni Eropa untuk menyatukan kebijakan mereka di sektor perdagangan yang dinilai turut mengganggu kegiatan perekonomian di 27 negara itu.
Selanjutnya, Komisi Eropa (European Commission) juga diminta untuk menghapus peraturan dari MiFID II terkait investasi riset untuk perusahaan dengan modal kecil dan sedang. Peraturan ini mengharuskan investor untuk membayar biaya riset secara terpisah dari biaya perdagangan saham.
Baca Juga
Kemudian, pemerintah juga diminta memberikan insentif kepada investor yang menanamkan modalnya di perusahaan kecil serta merevisi aturan bank-bank di Eropa terkait peraturan modal guna meningkatkan kompetisi.
“Saat ini Eropa menghadapi krisis ekonomi terbesar dalam 90 tahun terakhir. Oleh karena itu, kebijakan-kebijakan ini amat vital untuk segera diimplementasikan. Pasar modal Uni Eropa yang terpecah dan kurang berkembang serta ketimpangan pembiayaan modal akan memperlemah dan memperlambat laju pemulihan ekonomi Uni Eropa,” demikian kutipan laporan tersebut.