Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Anjlok 2,27 Persen, Net Sell Telkom (TLKM) Paling Deras

Hingga penutupan perdagangan, IHSG melorot 2,27 persen atau 114,37 poin menjadi 4.920,68. Total nilai transaksi saham di pasar reguler, tunai, dan negosiasi senilai Rp10,62 triliun.
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawan melintas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA— Indeks harga saham gabungan tersungkur ke zona merah sepanjang sesi perdagangan Rabu (10/6/2020), tertekan adanya aksi profit taking khususnya di sektor saham keuangan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona merah dengan koreksi 2,43 persen atau 122,31 poin ke level 4.912,75 pada akhir sesi pertama, Rabu (10/6/2020).

Hingga penutupan perdagangan, IHSG melorot 2,27 persen atau 114,37 poin menjadi 4.920,68. Total nilai transaksi saham di pasar reguler, tunai, dan negosiasi senilai Rp10,97 triliun. Tercatat, 343 saham terkoreksi, 112 menguat, dan 126 stagnan.

Investor asing menekan pasar saham dalam negeri dengan aksi jual. Total nilai net sell atau jual bersih senilai Rp515,46 miliar, berkurang dari net sell Rp638,41 miliar pada akhir sesi pertama.

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) memimpin daftar top net foreign sell dengan nilai Rp304,8 miliar. Laju saham emiten telekomunikasi milik negara itu pun terkoreksi 0,96 persen.

Di urutan kedua, saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mengalami net sell Rp91,2 miliar, dan sahamnya terkoreksi 6,92 persen. Selanjutnya, net sell PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencapai Rp62,4 miliar, dan sahamnya terkoreksi 5,61 persen.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan koreksi yang dialami oleh IHSG masih berkait dengan minimnya data makro ekonomi domestik yang memberikan dampak positif ke pasar. Akibatnya, terjadi aksi profit taking oleh investor.

“Sementara itu, pasar juga akan menantikan data consumer price index (CPI) Amerika Serikat yang diprediksikan membaik seiring dengan kebijakan pembatasan lockdown,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (10/6/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper