Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya Tbk. mengajukan pembagian dividen sebesar 20 persen dari total laba bersih 2019 dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) hari ini, Senin (8/6/2020).
Berdasarkan materi RUPST yang dilansir perseroan, prosentase 20 persen tersebut setara Rp457 miliar. Adapun total laba bersih WIKA pada 2019 mencapai Rp2,28 triliun. Bila disetujui pemegang saham dalam RUPS nanti, jumlah dividen per saham yang akan diterima pemegang saham mencapai Rp50,94 per saham.
Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan dividen per saham tahun fiskal 2018 sebesar Rp38,60. Adapun dividen per saham untuk tahun fiskal 2017, WIKA membagikan Rp26,82. Dengan kata lain, dalam tiga tahun berturut-turut, dividen per saham yang diterima investor selalu mengalami peningkatan.
Berdasarkan prosentase kepemilikan, Pemerintah Republik Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas tentu akan mendapat jumlah dividen terbesar.
Bila usulan pembagian laba untuk dividen disetujui, pemerintah dengan kepemilikan 65,04 persen bakal menerima dividen sebesar Rp297,31 miliar. Sementara itu masyarakat akan mendapatkan uang tunai sebanyak Rp159,69 miliar setara dengan kepemilikan atas 35 persen saham.
Selain dividen, sebanyak 80 persen sisa laba yang setara Rp1,82 triliun akan digunakan sebagai dana cadangan.Adapun salah satu peruntukannya adalah pemberian imbal hasil atas penerbitan Surat Berharga Perpetual-I WIKA tahun 2018 sebesar Rp63 miliar.
Baca Juga
Selain itu, WIKA juga akan melaporkan memiliki sisa dana sebesar Rp1,31 triliun dari hasil Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) I 2016. Sampai dengan akhir Desember perseroan telah menggunakan Rp4,79 triliun dari total Rp6,10 triliun.
WIKA telah merealisasikan penggunaan dana untuk belanja modal sebesar Rp2,25 triliun dari rencana awal Rp2,95 triliun. Selain itu, perseroan juga sudah menghabiskan Rp2,53 triliun untuk modal kerja dari target Rp3,15 triliun.
Sebelumnya, Sekretaris PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Mahendra Vijaya menyampaikan perseroan juga akan mempertajam fokus rencana proyek-proyek investasi pada tahun ini. Dia mengatakan investasi akan difokuskan pada proyek yang memiliki payback period dan internal rate of return (IRR) tinggi.
“Sasaran kami masih sektor energi dan industri, sekitar 50 persen sampai 60 persen. Dua sektor ini lebih menjanjikan untuk investasi. Sisanya, baru ke infrastruktur dan properti,” katanya.
Pada tahun ini perseroan menargetkan belanja modal atau capital expenditure (Capex) sebesar Rp11,5 triliun. Adapun dari sisi kontrak baru, perseroan menargetkan pertumbuhan sedikitnya Rp65 triliun.