Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maaf, Tak Ada Lebaran Buat Sektor Otomotif

Penurunan pendapatan memengaruhi daya beli masyarakat, sehingga pembelian kendaraan menurun. Sementara itu, dari sisi suplai, penerapan PSBB membuat emiten otomotif tak lagi bisa gencar melakukan promosi untuk menggenjot penjualan seperti pada periode normal.
Sales Counter, Setiowati, berfoto dengan produk mobil Astra Daihatsu Sigra di dealer Astra Daihatsu Tambak Segaran, Solo, Selasa (8/11/2019). /BISNIS.COM-Ivanovich Aldino
Sales Counter, Setiowati, berfoto dengan produk mobil Astra Daihatsu Sigra di dealer Astra Daihatsu Tambak Segaran, Solo, Selasa (8/11/2019). /BISNIS.COM-Ivanovich Aldino

Bisnis.com, JAKARTA – Tak akan ada lompatan tingkat penjualan kendaraan dari momentum lebaran tahun ini. Emiten perdagangan otomotif hanya bisa kencangkan ikat pinggang di momentum hari raya.

Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah memberi dampak pada sisi suplai maupun permintaan terhadap kendaraan. Utamanya, hal ini disebabkan oleh penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah wilayah.

Penurunan pendapatan memengaruhi daya beli masyarakat, sehingga pembelian kendaraan menurun. Sementara itu, menurutnya dari sisi suplai, penerapan PSBB membuat emiten otomotif tak lagi bisa gencar melakukan promosi untuk menggenjot penjualan seperti pada periode normal.

“Tahun ini pasti berat untuk sektor otomotif, apalagi kalau kita lihat angka penjualan April secara wholesale yang turun signifikan. Penurunannya sudah pasti karena pabrikan mencoba mengurangi beban diler, yang sudah mulai turun sejak Maret,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (25/5/2020).

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesale dan ritel pada April hanya mencapai 7.871 unit dan 24.276 unit di pasar domestik. Angka penjualan itu masing-masing menurun 90,63 persen dan 70 persen terhadap penjualan April 2018.

Penurunan, April menjadi pemberat angka penjualan secara kumulatif sepanjang tahun berjalan. Pada periode Januari—April 2020, penjualan wholesale dan ritel mencapai 244.762 unit dan 243.634 unit. Keduanya tercatat mengalami penurunan sebesar 27,9 persen dan 28,7 persen secara tahunan.

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Selvi Ocktaviani mengatakan sektor otomotif merupakan salah satu sektor yang terdampak serius oleh pandemi Covid-19. Hal ini bahkan membuat Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menurunkan proyeksi penjualan dari 1,03 juta unit menjadi 600.000 unit saja.

“Proyeksi kami penjualan kuartal II/2020 akan terdampak paling besar melihat PSBB diperpanjang dan diperluas di berbagai provinsi, kemudian larangan mudik serta Idul Fitri. Gaikindo juga sudah turunkan proyeksi, menandakan keseriusan dampak industri otomotif,” jelasnya kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia memperkirakan kondisi ini tidak akan berbalik dalam waktu cepat. Menurutnya, perbaikan penjualan baru akan terjadi pada kuartal IV/2020 atau awal tahun depan. Dengan catatan, hal perbaikan kondisi ekonomi dapat membentuk kurva ‘U’ seperti yang diproyeksikan Samuel Sekuritas.

Tabel Kinerja Penjualan Mobil 2020 (unit)
JanuariFebruariMaretAprilTotal Ytd
Wholesale 80,43579,64576,8117,871244,762
Ritel81,06377,84760,44824,276243,634

Sumber: Gaikindo

Menurutnya, pandemi telah membuat pola belanja dan konsumsi masyarakat berubah. Kini pengeluaran untuk konsumsi kebutuhan primer akan didahulukan ketimbang kebutuhan sekunder seperti  kendaraan.

Meski begitu, dia mengatakan masih akan ada pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan terkait otomotif dan kendaraan. Namun, sifatnya akan lebih memprioritaskan perbaikan atau perawatan, ketimbang melakukan pembelian unit kendaraan baru.

“Jadi, sebelum ke arah pergantian atau penambahan unit, demand-nya kami proyeksi akan naik perlahan dimulai dari spare part, services, dan sepeda motor terlebih dulu,” katanya.

Kondisi ini diperkirakan akan membuat emiten lebih mengencangkan ikat pinggang dan menahan arus kas keluar. Efisiensi dengan menunda belanja modal akan menjadi opsi logis di tengah pandemi. Namun, menurutnya, tetap ada peluang realisasi investasi jika peluang yang datang cukup menarik.

Hal tersebut sudah dilakukan oleh PT Astra International Tbk. yang memangkas belanja modal sekitar 50 persen dari proyeksi awal. Perkiraan belanja modal pada tahun ini diperkirakan hanya akan mencapai Rp10 triliun—Rp11 triliun, turun dari proyeksi sebelumnya di kisaran Rp21 triliun.

Hal yang sama juga dilakukan oleh PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk. Emiten berkode saham CARS ini sebelumnya akan mengkaji ulang rencana renovasi showroom dan ekspansi bengkel yang semula diperkirakan dapat menyerap belanja modal hingga Rp150 miliar.

“Belanja modal tentunya akan ada peninjauan kembali atas rencana sebelumnya mengingat kondisi pandemi yang kurang mendukung. Pada intinya, semua akan bergantung perkembangan situasi di lapangan,” ujar Investor Relations Bintraco Dharma Yosef kepada Bisnis, belum lama ini.

Sementara itu, PT Mandiri Putra Jembar Tbk., emiten dealer mobil merek Mitsubishi dan Nissan, telah melakukan efisiensi dari sisi beban tenaga kerja. Meski tidak melakukan pemutusan hubungan kerja, perseroan telah memangkas pendapatan mayoritas karyawannya karena kinerja yang menurun akibat Covid-19.

Perseroan memperkirakan kinerja keuangan akan turun sejalan dengan tren penjualan otomotif. Pendapatan diperkirakan turun sekitar 25 persen akibat terhentinya operasional sejumlah dealer perseroan. Sementara laba, diperkirakan akan jatuh lebih dalam lagi, turun 51 persen—75 persen.

Emiten berkode saham PMJS ini juga menyatakan telah berkontak dengan lembaga jasa keuangan baik bank maupun non-bank untuk menjaga posisi arus kas perseroan. Namun, perseroan tak menjelaskan apakah akan menarik pinjaman baru atau merelaksasi kewajiban keuangan saat ini.

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. juga melakukan langkah serupa untuk menjaga posisi kas di tengah pandemi. Emiten berkode saham MPMX ini berupaya memperbesar kas dengan melakukan penarikan fasilitas kredit. Hal ini membuat posisi utang naik dari Rp405 miliar pada akhir tahun lalu menjadi Rp1 triliun pada awal kuartal I/2020.

Tabel Kinerja Penjualan Mobil 2019 (unit)
Januari FebruariMaretAprilTotal Ytd
Wholesale82,15581,80990,36884,056338,388
Ritel87,55581,29391,15580,622340,625

Tabel Kinerja Penjualan Mobil YoY (unit)
PeriodeWholesalesRitel
Januari-2.09%-7.41%
Februari -2.65%-4.24%
Maret-15.00%-33.69%
April-90.64%-69.89%
Ytd-27.67%-28.47%

Sumber: Gaikindo

ADAPTASI DIGITAL

Tak hanya efisiensi dari pengaturan arus kas, emiten di sektor perdagangan otomotif turut melakukan mengembangan dan adaptasi digital. Kanal-kanal digital dan dalam jaringan (daring) kini diandalkan untuk mempertahankan kinerja penjualan.

Head of Investor Realtions Astra International Tira Ardianti menyampaikan bahwa penerapan PSBB telah memengaruhi kegiatan bisnis perseroan, khususnya yang dari sisi operasi secara fisik. Upaya untuk mengatasi dampak ini dilakukan dengan maksimalkan jalur daring dan digitalisasi.

Perseroan, lanjutnya memang telah melakukan pengembangan portofolio bisnis digital dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, sektor otomotif menjadi salah satu sektor dengan proses digitalisasi paling komprehensif sejauh ini.

Langkah digitalisasi di sektor otomotif menurutnya, mampu memenuhi kebutuhan interaksi konsumen melalui sarana omni channel. Beragam aplikasi di lini bisnis otomotif juga diharapkan mampu meningkatkan engagegement dengan pelanggan serta mendorong efisiensi proses bisnis.

“Memang tidak semua aktifitas akan bisa dilakukan secara online saat ini, namun bisnis tidak berhenti 100 persen, kegiatan tetap berlangsung dengan memaksimalkan jalur onlinephysical operation minimum, dan memperhatikan protokol pencegahan Covid-19,” katanya kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Maaf, Tak Ada Lebaran Buat Sektor Otomotif

Aplikasi marketplace rental kendaraan dari PT Astra Digital Internasional, Movic. Istimewa

Senada, Investor Relations Bintraco Dharma Yosef juga menyatakan pihaknya akan berupaya memperkuat layanan digital untuk melayani konsumen. Perseroan memfasilitasi pengiriman dan jasa perawatan kendaraan di rumah yang dapat dipesan secara daring.

Alfred Nainggolan berpendapat, adaptasi digital memang menjadi usaha emiten di sektor otomotif. Namun, menurutnya hingga kini ada bukti pasti bahwa kanal-kanal digital dapat berkontribusi sama baiknya dengan kanal pemasaran konvensional.

“Pemasaran konvensional menjadi terbatas, sehingga mereka mulai lari kepada digital marketing. Tapi, perubahan ini perlu waktu penyesuaian yang tidak sebentar, dan sejauh ini belum ada bukti juga cara ini akan bisa mendorong permintaan,” katanya.

Sekalipun, ada berbagai upaya yang dilakukan, menurutnya tahun ini tetap dapat dipastikan sebagai peride buruk bagi emiten otomotif. Bagaimanapun, menurutnya penurunan yang terjadi akan menghantam profitabilitas emiten-emiten itu.

Alfred mengatakan bahwa peluang sektor otomotif untuk mencatatkan laba pada tahun ini akan semakin sempit ke depannya. Menurutnya, bahkan jika pandemi selesai sekalipun, sektor otomotif akan memerlukan waktu lebih panjang untuk pulih.

Meski begitu, menurutnya tetap ada peluang pergerakan harga pasar emiten-emiten di sektor otomotif tetap dapat membawa cuan bagi pelaku pasar. Dia mengatakan bahwa, meski kinerja emiten belum pulih, biasanya investor akan masuk lebih dulu ke pasar saat tanda-tanda perbaikan ekonomi mulai muncul.

Dalam kondisi pasar seperti itu, lanjutnya, biasanya investor akan lebih cepat masuk kepada leader di sektor tersebut. Emiten yang terkait dengan merek-merek mobil penguasa pasar seperti Toyota dan Daihatsu diekspektasikan akan lebih cepat masuk ke zona hijau.

Oleh karena itu, harga saham Astra International diperkirakan akan lebih cepat pulih. Dengan posisi harga yang sudah terdiskon besar-besaran, menurutnya posisi saat ini cukup tepat bagi investor untuk menanamkan pundi-pundinya kepada emiten berkode saham ASII itu.

“Kalau untuk medium-long term masuk sekarang tidak masalah, tapi kalau invesotr short term, harga sekarang masih kemungkinan akan ada sentimen negatif dari angka penjualan Mei yang mungkin kemungkinan masih akan sama dengan April,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper