Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Euforia Vaksin Covid-19 Redup, Harga Emas Menguat

kenaikan harga emas mulai terbatas karena pelaku pasar kemali menyukai aset-aset berisiko di tengah harapan pemilihan ekonomi.
Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/1/2020)./ ANTARA - Ari Bowo Sucipto
Pramuniaga menunjukkan emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di sebuah gerai emas di Malang, Jawa Timur, Senin (6/1/2020)./ ANTARA - Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas menguat di rencana pengucuran stimulus dan ketidakpastian penemuan vaksin virus corona (Covid-19). Namun, kenaikan harga emas mulai terbatas karena pelaku pasar kemali menyukai aset-aset berisiko di tengah harapan pemilihan ekonomi.

Dilansir dari Antara, Kamis (21/5/2020), kontrak emas untuk pengiriman Juni di New York Mercantile Exchange naik 0,37 persen menjadi US$1.752,1 per troy ounce pada penutupan perdagangan Rabu (20/5/2020) Waktu New York.

"Di tengah kebutuhan yang lebih rendah untuk aset-aset safe-haven seperti emas, fakta bahwa emas terus naik perlahan-lahan berbicara banyak tentang kekuatan yang mendasarinya berdasarkan ide suntikan likuiditas di banyak negara dari bank-bank sentral dan pemerintah-pemerintah," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures, David Meger.

Stimulus global besar-besaran untuk membatasi kerusakan ekonomi dari pandemi virus corona telah mendukung penguatan harga emas. Komoditas ini dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang.

Harga emas juga mendapat dukungan dari risalah pertemuan Federal Reserve (Fed) terbaru, dengan para anggota mengakui kemungkinan langkah-langkah dukungan lebih lanjut jika penurunan ekonomi berlanjut.

Ketua Fed Jerome Powell mengatakan kepada anggota parlemen pada Selasa (19/5/2020) bahwa bank sentral AS itu sedang berusaha memperluas akses ke fasilitas kredit untuk peminjam tambahan, termasuk negara-negara bagian dengan populasi yang lebih kecil.

Data AS yang suram baru-baru ini, termasuk klaim pengangguran besar-besaran, telah menggarisbawahi pukulan ekonomi dari pandemi, yang telah menginfeksi hampir 4,91 juta orang secara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Rivki Maulana
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper