Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh, Pefindo Turunkan Peringkat Tiphone Mobile Indonesia (TELE)

Pefindo menjelaskan penurunan peringkat tersebut seiring dengan meningkatnya risiko pembiayaan kembali untuk Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2017 sebesar Rp231 miliar dengan tanggal jatuh tempo 22 Juni 2020, yang mana TELE berencana untuk membayar obligasi tersebut menggunakan penagihan piutang usaha.
Seorang teknisi memperbaiki telepon selular. Service center merupakan salah satu lini usaha PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. /tiphone.co.id
Seorang teknisi memperbaiki telepon selular. Service center merupakan salah satu lini usaha PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk. /tiphone.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dan Obligasi Berkelanjutan I / 2016-2017 dan Obligasi Berkelanjutan II / 2019 menjadi "idBB +" dari "idBBB +".

Dalam publikasinya, Pefindo menjelaskan penurunan peringkat tersebut seiring dengan meningkatnya risiko pembiayaan kembali untuk Obligasi Berkelanjutan I Tahun 2017 sebesar Rp231 miliar dengan tanggal jatuh tempo 22 Juni 2020, yang mana TELE berencana untuk membayar obligasi tersebut menggunakan penagihan piutang usaha.

Adapun per 15 April 2020, TELE tercatat memiliki piutang usaha sekitar Rp800 miliar dan kas dan setara kas sebesar Rp335,3 miliar tanpa fasilitas pinjaman bank yang tidak digunakan.

Selain membayar obligasi yang telah jatuh tempo, TELE juga harus memenuhi persyaratan modal kerja mingguan untuk bisnis voucher sekitar Rp600 miliar – Rp700 miliar.

Mengingat likuiditas yang ketat, Pefindo menilai arus kas TELE sangat bergantung pada penagihan piutang untuk membayar obligasi yang jatuh tempo. Apalagi perseroan juga telah menunda rencananya untuk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap III senilai Rp150 miliar.

“Hal tersebut memberikan tekanan yang lebih besar pada likuiditas TELE. Kami menempatkan TELE dalam kategori “CreditWatch dengan Implikasi Negatif” untuk mencerminkan antisipasi kami pada tindakan pemeringkatan lebih lanjut jika TELE gagal memitigasi risiko pembiayaan kembali,” jelas analis Pefindo Ayuningtyas Nur Paramitasari.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahawa obligor dengan peringkat idBB memiliki kapasitas yang agak lemah untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya dibandingkan dengan obligor Indonesia lainnya.

Di saat yang sama, obligator menghadapi ketidakpastian yang terus-menerus atau paparan terhadap kondisi bisnis, keuangan atau ekonomi yang merugikan yang dapat mengakibatkan kapasitas yang tidak memadai pada bagian obligor untuk memenuhi komitmen keuangannya.

“Tanda Plus (+) menunjukkan bahwa peringkat tersebut relatif kuat dalam masing-masing kategori peringkat,”imbuh Ayuningtyas.

Peringkat perusahaan mencerminkan perlindungan arus kas dan likuiditas TELE yang lemah, struktur modal yang agresif, dan persaingan yang ketat dalam bisnis voucher dan telepon seluler.

Namun, peringkat tersebut diimbangi oleh posisi TELE sebagai distributor voucher telepon seluler terbesar Telkomsel dan jaringan distribusi yang beragam dan luas.

Peringkat tersebut dapat diturunkan jika TELE gagal menagih piutang usahanya tepat waktu, sebab akan memicu tekanan likuiditas yang akan meningkatkan risiko pembiayaan kembali. Tekanan akan bertambah jika pendapatan TELE mulai turut terpengaruh oleh pandemi Covid-19.

Pasalnya, wabah Covid-19 telah memengaruhi mobilitas orang yang dapat memicu kinerja penjualan voucher yang lebih rendah dari distributor tradisional TELE. Apalagi sejauh ini distributor tradisional menghasilkan sekitar 50 persen dari pendapatan penjualan voucher TELE, sehingga pendapatan perseroan berpotensi turun.

“Kecuali TELE dapat meningkatkan penjualan voucher di distributor modern (melalui ATM atau mobile banking), saluran market place (Lazada dan Blanja.com) atau GoJek (GoPulsa),” tambahnya.

Pandemi Covid-19 juga dikhawatirkan dapat menekan kinerja penjualan handset perseroan karena orang cenderung memfokuskan pengeluaran mereka pada produk primer.

Seperti dinyatakan oleh Samsung, penjualan dan keuntungan produk-produk tertentu, termasuk smartphone, diperkirakan akan menurun secara signifikan karena COVID-19 memengaruhi permintaan dan mengarah ke toko dan penutupan pabrik secara global.

“Kami dapat mencabut status CreditWatch jika manajemen dapat menyelesaikan masalah pembayaran utang,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper