Bisnis.com, JAKARTA - Kebutuhan emiten untuk refinancing utang menjadi faktor utama masih bertumbuhnya mandat rencana emisi obligasi di tengah sentimen pandemi Covid-19 yang membuat pasar bergejolak.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan bahwa restrukturisasi merupakan salah satu hal yang paling diminati oleh emiten saat ini. Hal tersebut dikarenakan emiten berupaya untuk menjaga likuiditas jangka pendek tetap prima di tengah prospek perlambatan ekonomi dalam negeri.
“Apabila tidak ada likuiditas, tentu penerbitan obligasi atau pinjaman antar perbankan salah satu pilihan yang bisa dilirik saat ini. Tergantung kepada kebijakan investasi masing masing perusahaan,” ujar Nico saat dihubungi Bisnis, Jumat (8/5/2020).
Dengan demikian, ke depan, penerbitan obligasi dengan tujuan refinancing ataupun restrukturisasi itu diproyeksi bakal meramaikan pasar. Namun, semakin cepat ekonomi kembali berjalan dengan baik, maka hal itu tentu akan membantu emiten menjaga arus kasnya dan rencana refinancing pun tidak akan begitu marak.
Adapun, Nico menilai kendati di tengah situasi pasar yang bergejolak penyerapan obligasi itu akan bergantung terhadap laporan keuangan masing-masing emiten.
Selama laporan keuangan emiten, kata dia, mampu menunjukkan debt to equity ratio (DER) yang baik dan diikuti dengan kupon yang manis tentu berpotensi akan terserap dengan baik.
Baca Juga
“Tidak semua emiten akan mengalami hal yang sama, karena emiten yang skala besar akan berbeda dengan emiten skala kecil,” jelas Nico.
Untuk diketahui, per akhir April 2020 Pefindo telah mengantongi mandat dari 55 perusahaan dengan total rencana emisi Rp71,28 triliun. Jumlah tersebut naik dibandingkan mandat yang tercatat hingga Februari 2020 yakni 50 perusahaan dengan total rencana emisi Rp64,18 triliun.
Jika dipisahkan berdasarkan institusi, dari total 55 mandat yang diterima Pefindo, 25 di antaranya berasal dari perusahaan non-BUMN, sedangkan 30 sisanya adalah mandat dari perusahaan pelat merah dan/atau anak perusahaannya.
Sektor industri yang memiliki kontribusi terbesar masih berasal dari pembiayaan dengan jumlah calon penerbit sebanyak 9 perusahaan dan total rencana emisi Rp11,25 triliun. Kemudian, sektor perbankan mengekor dengan total 3 perusahaan dan rencana emisi sebesar Rp11 triliun.
Di sisi lain, sepanjang kuartal pertama tahun ini realisasi surat utang nasional hanya mencapai Rp20 triliun. Capaian itu lebih rendah 21,5 persen dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp25,5 triliun.