Bisnis.com, JAKARTA - Emiten sektor pariwisata tampaknya akan semakin tertatih-tatih untuk menjaga kinerja keuangannya pada tahun ini seiring dengan sentimen penyebaran Covid-19.
Mengutip riset Moody's Investors Service, dari 482 perusahaan di wilayah Asia Pasifik yang dinilai, 20 persen diantaranya atau sebanyak 97 korporasi memiliki risiko terpapar dampak negatif virus corona yang tinggi.
Sementara itu, 173 atau 36 persen perusahaan di wilayah yang sama memiliki risiko moderat dan 212 perusahaan (44 persen) berisiko rendah.
Perusahaan dengan risiko tinggi ini umumnya berada di sektor penerbangan, otomotif, ritel, minyak dan gas, kasino, perkapalan, dan juga sektor pariwisata.
Pembatasan perjalanan dan pembatasan sosial di beberapa negara dan daerah untuk mencegah penyebaran virus corona telah menekan tingkat permintaan masyarakat untuk melancong. Akibatnya, tidak sedikit perusahaan jasa pariwisata hingga perhotelan yang memprediksi kinerja keuangannya tidak akan secemerlang tahun lalu.
PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. memperkirakan pendapatan perseroan bakal mengalami penurunan hingga 80,65 persen pada Februari 2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebagai imbas dari penyebaran virus corona (Covid-19).
Baca Juga
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perseroan yang dikutip Bisnis, Minggu (12/4/2020), penurunan itu disebabkan oleh menurunnya drastis pendapatan dari salah satu entitas anak, PT Inti Dufree Promosindo (IDP), seiring dengan berkurangnya wisatawan di Bali.
Adapun, PT IDP adalah perusahaan yang menjalani usaha toko bebas bea yang berlokasi di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali dan Jl By Pass Ngurah Rai, Kuta, Bali. Konsumen IDP merupakan wisatawan yang akan berangkat ke luar negeri melalui banda arirport keberangkatan internasional.
Kemudian, pada akhir Maret 2020 PT IDP menutup gerainya yang terletak di tengah kota di Jalan By Pass Ngurah Rai, Kuta, Bali hingga akhir April 2020. Namun, di saat yang sama entitas anak harus memenuhi kewajiban dalam hal pembayaran operasional di saat tidak ada arus pendapatan yang masuk.
“Kedua informasi tersebut berpotensi kepada penurunan pendapatan Grup di tahun 2020,” tulis manajemen emiten berkode saham SONA itu, dikutip Minggu (12/4/2020).
Sementara itu, PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk. (PDES) atau Panorama Destinasi akan mengencangkan ikat pinggang setelah pendapatan perseroan diprediksi turun hingga 50 persen akibat sentimen penyebaran Covid-19
“Dengan banyaknya pembatasan perlintasan antar negara, otomatis berdampak besar bagi PDES sebagai operator tour khusus wisman (inbound). Oleh karena itu, strategi saat ini adalah menekan biaya-biaya, merestrukturisasi utang, dan menagih piutang usaha,” ujar AB Sadewa, VP Brand & Communications Panorama.
Dia mengaku saat ini direksi manajemen tengah mengkaji ulang target pertumbuhan yang akan menjadi panduan pada tahun ini. Dengan situasi ketidakpastian saat ini pun, lanjut Sadewa, perseroan belum bisa memastikan anggaran dan ekspansi pada tahun ini.
Adapun, Sadewa mengaku telah mengajukan relaksasi pembayaran finansial kepada perbankan terkait pinjaman perseroan. Per Desember 2019, total liabilitas PDES mencapai Rp253,62 miliar. Jumlah itu terdiri dari Rp66,39 miliar liabilitas jangka pendek dan Rp187,22 miliar liabilitas jangka panjang.
Dari jumlah tersebut, utang kepada perbankan mencapai Rp20,51 miliar (jangka pendek) dan Rp90,66 miliar (jangka panjang). Pinjaman diperoleh dari PT Bank Permata Tbk. dan PT Bank Central Asia Tbk.
Di sisi lain, Direktur PT Indonesia Paradise Propety Tbk. (INPP) Diana Solaiman mengatakan bahwa sentimen penyebaran Covid-19 sangat berdampak terhadap kinerja keuangan pada tahun ini.
“Kinerja sangat terdampak, okupansi hotel turun drastis menjadi hanya 10-20 persen saja dan tidak beroperasinya mal selama 14 hari,” ujar Diana kepada Bisnis.
Dia pun mengatakan bahwa perseroan telah melakukan efisiensi untuk menekan beban-beban tersebut, seperti menutup ruangan yang tidak terpakai, penyederhanaan atas makanan dan minuman, set-up buffet yang digantikan dengan makanan sesuai pesanan, mengurangi jam operasional mall, dan pengembangan bisnis sampai keadaan membaik.