Bisnis.com, JAKARTA – Emiten properti PT Metropolitan Land Tbk. mencatatkan laba bersih sebesar Rp486,97 miliar.
Emiten berkode saham MTLA itu mencatatkan pertumbuhan laba bersih dari posisi Rp481,70 miliar menjadi Rp486,97 miliar atau naik 1,09 persen. Dengan begitu laba bersih per saham juga naik 1,10 persen dari posisi Rp62,93 menjadi Rp63,62.
Pertumbuhan laba bersih Metland disokong peningkatan pendapatan yang juga tumbuh 1,81 persen menjadi Rp1,40 triliun. Pendapatan terkerek ditunjang oleh penjualan segmen tanah dan bangunan sebanyak Rp761,25 miliar.
Segmen itu berkontribusi sebesar 54,37 persen naik dari tahun sebelumnya Rp543,26 miliar. Selain itu, segmen apartemen juga mencatatkan kenaikan yang pesat dari posisi Rp25 juta menjadi Rp22,68 miliar. Segmen sewa ruang MTLA juga tercatat naik 11,25 persen menjadi Rp224,79 miliar.
MTLA juga mendapatkan tambahan pemasukan dari pos pendapatan lain Rp161,92 miliar naik 65,11 persen dari posisi tahun sebelumnya Rp98,07 miliar.
Dengan begitu sekalipun beban pokok naik 26,86 persen menjadi Rp672,92 miliar dan beban administrasi tumbuh 3,96 persen menjadi Rp244,39 miliar. Laba bersih perseroan tidak mengalami banyak tekanan.
Total liabilitas MTLA tercatat Rp2,25 triliun dengan liabilitas jangka pendek mencapai Rp1,25 triliun. Adapun liabilitas jangka panjang tercatat Rp999,61miliar. Total aset perseroan mencapai Rp6,10 triliun dengan aset lancar Rp3,49 triliun dan aset tidak lancar Rp2,61 triliun.
Pada tahun lalu perusahaan pengembang properti itu menghabiskan belanja modal sebesar Rp296,56 miliar turun 35,39 persen dari periode sebelumnya. Dengan begitu, kas dan setara kas akhir periode mencapai Rp727,63 miliar.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Metropolitan Land Olivia Surodjo mengatakan perseroan pada awal tahun menganggarkan dana pembelian sebesar Rp130 miliar. Akan tetapi, situasi dan kondisi cenderung tidak pasti di tengah wabah korona.
“Rencana awal kami akan menambah bank lahan menggunakan dan sekitar Rp130 miliar. Namun sedang kami kaji ulang menyesuaikan dengan keadaan,” katanya.
Olivia mengatakan manajemen masih menimbang seberapa besar dampak penyebaran virus terhadap ekonomi dalam negeri.