Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 3 Faktor yang Bisa Bikin Rupiah Terus Menguat

Sejumlah indikator memperlihatkan outlook positif bagi nilai tukar rupiah. Apa saja?
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang dolar Amerika Serikat (AS) di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Senin (23/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai mata uang Rupiah berpeluang mengalami penguatan dalam beberapa waktu ke depan setelah mengalami tren buruk akibat pandemi virus corona.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (7/4/2020), nilai tukar rupiah telah merosot 15 persen pada tahun ini sebagai dampak dari aksi jual yang dilakukan investor. Kendati demikian, sejumlah indikator memperlihatkan outlook positif bagi nilai tukar rupiah.

Pertama, tingkat volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sebulan terakhir telah melonjak di atas rata-rata tahunan. Tren pembalikan yang mulai terjadi pada awal Maret 2020 itu menunjukkan kepercayaan pelaku pasar bahwa tingkat ketidakpastian nilai rupiah akan berkurang seiring berjalannya tahun 2020.

Tingkat volatilitas yang rendah akan membawa sejumlah efek positif bagi Indonesia. Hal ini karena akan menarik minat investor untuk berinvestasi pada rupiah dalam jangka panjang dan meningkatkan perdagangan negara.

Kedua, pada saat yang sama, selisih antara harga jual dan beli (spread) instrumen derivatif telah mengalami kenaikan, berbeda dibandingkan dengan saat aksi jual oleh investor sedang marak.

Selisih antara instrumen derivatif dolar AS dan Indonesia berdurasi 1 bulan dan 12 bulan telah melebar sebanyak 1.051 basis poin pada Maret 2020 seiring dengan memburuknya pandemi virus corona. Hal ini mengindikasikan tren bearish di pasaran dalam periode waktu 12 bulan. Meski demikian, spread instrumen derivatif diperkirakan tidak akan naik secara signifikan.

Nilai spread instrumen derivatif Indonesia sempat naik pada level 1.129 pada 2015 akibat devaluasi nilai mata uang Yuan. Catatan spread tertinggi terjadi setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS pada November 2016, di posisi 1.724.

Berdasarkan tren tersebut, kepanikan pasar dinilai masih terbilang terkendali, sehingga tekanan terhadap nilai Rupiah diperkirakan tidak akan berlanjut sepanjang tahun 2020.

Ketiga, sejumlah lembaga  memperkirakan rupiah akan mengalami penguatan pada semester II/2020. Bank Julius Baer & Co. Memproyeksikan apresiasi nilai Rupiah hingga Rp15.840 per Dollar AS pada akhir tahun 2020. 

Sementara itu, Morgan Stanley memperkirakan nilai tukar Rupiah di level Rp14.100 per dollar AS. Optimisme juga terlihat dari prediksi Nomura Bank International yang mematok nilai tukar Rupiah dapat mencapai Rp13.300 per dollar AS.

Prediksi bullish ini sejalan dengan estimasi Bank Indonesia yang memperkirakan penguatan nilai rupiah akan terjadi pada kisaran Rp15.000 per dollar AS di akhir tahun 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper