Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia berpeluang ditutup positif secara berturut-turut untuk pertama kali dalam dua minggu ditengah optimisme krisis virus corona pada beberapa wilayah utama mulai menurun.
Dilansir dari Bloomberg, Selasa (7/4/2020), saham di bursa Jepang menguat 2 persen yang diikuti dengan kenaikan lebih dari 1 persen di pasar Korea Selatan dan Hong Kong. Indeks Berjangka S&P 500 ditutup naik 7 persen, penguatan tertinggi sejak 13 Maret 2020.
Sementara itu, pasar saham di China dan nilai tukar Yuan mengalami penguatan karena sentimen positif dari bank sentral berupa kucuran stimulus lanjutan. Penguatan juga terjadi pada nilai tukar dollar Australia karena kebijakan yang diambil oleh Reserve Bank of Australia.
Sentimen utama yang melandasi penguatan ini adalah berkurangnya tekanan dari sentimen virus corona di beberapa wilayah. Negara-negara seperti Italia, Perancis, Jerman, dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah kasus positif virus corona baru.
Sementara itu, tingkat kematian akibat virus ini di Inggris menunjukkan tren perlambatan untuk kedua kali secara berturut-turut. Sementara di Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe diperkirakan akan mengumumkan status darurat untuk Jepang yang akan berlangsung selama satu bulan.
Di sisi lain, sentimen bearish dari pasar akan muncul dari rilis data ekonomi yang kurang baik dan kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan ditengah pandemi ini. Analis JPMorgan Chase & Co.’s Jamie Dimon menuturkan, pandemi virus corona akan menimbulkan efek buruk yang serupa dengan dampak dari krisis finansial AS pada 2008 lalu.
Sementara itu, Multi-asset Strategist di State Street Global Markets Marija Veitmane mengatakan, optimisme pada pasar modal akan sulit dijaga sebelum adanya kejelasan dari kenaikan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan.