Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan dari menurunnya pendapatan membuat PT Jasa Marga (Persero) Tbk. mengkalkulasi ulang rencana belanja modal sebagai upaya untuk menjaga likuiditas perusahaan di tengah pandemi virus corona.
Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto menuturkan bahwa pengurangan rencana belanja modal dilakukan untuk menjaga kondisi likuiditas perusahaan. Pasalnya, perseroan saat ini menghadapi penurunan volume lalu lintas yang cukup signifikan, yakni sekitar 30 persen.
Dia menjelaskan bahwa perseroan akan memprioritaskan belanja operasional dan belanja modal terkait pemeliharaan jalan. Contohnya, untuk perbaikan jalan yang bolong atau pembatas yang rusak tidak akan ditunda.
“Untuk pembangunan jalan tol baru kemungkinan akan tertunda mengingat saat ini konstruksinya terbatas, tapi berapa lama tertundanya tergantung kondisi Covid-19,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (7/4/2020).
Adri, sapaan akrabnya, mengutarakan bahwa perseroan masih mempertajam analisis terkait dampak Covid-19 terhadap pengerjaan proyek jalan tol baru.
Tahun ini, perseroan masih berupaya menyelesaikan sekitar lima ruas tol baru dengan total kebutuhan belanja modal sekitar Rp20 triliun. Adapun, kelima ruas tol yang dimaksud adalah Solo-Yogyakarta-NYIA, Gedebage-Tasikmalaya, Tasikmalaya Cilacap, Akses Patimban, dan Yogyakarta-Bawen.
Baca Juga
Meski begitu, total kebutuhan Rp20 triliun tersebut juga termasuk pembayaran tol layang Jakarta-Cikampek II. Perseroan telah membayarkan sekitar Rp12,3 triliun kepada Waskita Karya dan Acset Indonusa sebagai kontraktor proyek ini.
Dia menyatakan meski terjadi penurunan pendapatan, perseroan masih mempunyai sumber dana alternatif untuk menjaga likuiditas di tengah pandemi. Dengan kata lain, perseroan tidak akan menyegerakan proses divestasi sejumlah ruas jalan tol demi mendapatkan dana segar.
Perseroan, lanjutnya, akan mengandalkan kas hasil operasi yang dimiliki saat ini untuk menjaga likudiitas. Selain itu, jika diperlukan perseroan akan menggunakan fasilitas stand by loan yang jumlahnya mencapai Rp4,75 triliun.