Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mempertahankan momentum penguatannya dan melonjak lebih dari 4 persen pada akhir perdagangan hari ini, Senin (6/4/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 4,07 persen atau 188,4 poin ke level 4.811,83 pada akhir perdagangan hari ini.
Pada perdagangan Jumat (3/4/2020), IHSG ditutup di level 4.623,43 dengan lonjakan 2,02 persen atau 91,74 poin.
Reli indeks mulai berlanjut pada awal perdagangan Senin (6/4) dengan kenaikan tajam 1,27 persen atau 58,71 poin ke level 4.682,14 pada pukul 09.01 WIB. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak dalam kisaran 4.623,43-4.811,83.
Seluruh 10 sektor menetap di wilayah positif pada akhir perdagangan, dipimpin sektor properti dengan penguatan 7,13 persen, disusul sektor infrastruktur yang menguat 5,57 persen.
Sejalan dengan penguatan IHSG, indeks saham lainnya di Asia rata-rata juga naik tajam. Indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang menguat masing-masing 3,86 persen dan 4,24 persen.
Baca Juga
Selain itu, indeks Hang Seng Hong Kong menguat 4,24 persen, indeks FTSE Straits Time menguat 2,85 persen, sedangkan indeks Kospi menguat 3,85 persen.
Dilansir dari Bloomberg, bursa Asia menguat setelah jumlah korban jiwa secara harian di beberapa episentrum penyakit virus corona (Covid-19) dilaporkan menurun.
Angka kematian di negara bagian New York dilaporkan turun untuk pertama kalinya pada Minggu (5/4/2020), meskipun Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa fase "sangat buruk" dalam pandemi ini semakin dekat.
Dalam suatu briefing harian, Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan angka kematian baru pada Minggu mencapai 594 orang, lebih sedikit dari yang dilaporkan pada Sabtu (4/4/2020) yang mencapai 630 orang.
Cuomo mencatat bahwa angka kematian di New York telah mendatar selama tiga hari setelah mengalami kenaikan dramatis dan hari Minggu menandai penurunan pertamanya.
Sementara itu, Italia mencatat angka kematian paling sedikit dalam lebih dari dua pekan, Prancis melaporkan angka kematian terendah dalam lima hari, dan Spanyol mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut.
Angka-angka kematian terbaru yang menurun melonggarkan gempuran kabar Covid-19 baru-baru ini, meskipun dampak ekonomi dari pandemi ini akan terus menggigit selama beberapa waktu.
“Ada cahaya di ujung terowongan tetapi itu masih merupakan terowongan yang panjang," tulis Erik Nielsen, kepala ekonom UniCredit SpA yang berbasis di London, seperti dilansir dari Bloomberg.
Bursa saham global berakhir melemah pekan lalu, setelah kemerosotan dalam data payroll AS mengisyaratkan sejauh mana dampak Covid-19 terhadap negara berekonomi terbesar di dunia ini.
"Kami masih optimistis bahwa pemerintah akan dapat mengendalikan virus ini dan membuka kembali perekonomian pada akhir April, awal Mei,” ujar Lindsey Piegza, kepala ekonom di Stifel Nicolaus & Co.
"Jika itu terjadi, kemungkinan kita dapat mengendalikan penurunan dari skenario depresi menjadi skenario resesi,” tambahnya.