Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Buyback Sudah Rp17,28 Triliun, Bagaimana Nasib Pergerakan IHSG?

Otoritas Jasa Keuangan melaporkan sebanyak 60 emiten telah melaporkan rencana pembelian kembali atau buyback saham dengan total nilai Rp17,28 triliun.
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com,JAKARTA— Otoritas Jasa Keuangan melaporkan sebanyak 60 emiten telah melaporkan rencana pembelian kembali atau buyback saham dengan total nilai Rp17,28 triliun.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menjelaskan bahwa pihaknya telah menempuh sejumlah langkah di tengah penyebaran pandemik COVID-19 untuk sektor pasar modal. Tujuannya, agar tidak memberikan ruang penurunan lebih lanjut.

Wimboh mengungkapkan sederet kebijakan yang telah ditempuh di antaranya pelarangan short selling, menerapkan batasan auto rejection, dan trading halt atau pembekuan sementara perdagangan selama 30 menit apabila IHSG terkoreksi 5 persen. Selanjutnya, OJK juga meniadakan perdagangan pra-pembukaan, kelonggaran rapat umum pemegang saham (RUPS), serta penyampaian laporan keuangan.

Selain itu, lanjut dia, OJK juga telah mengeluarkan relaksasi buyback saham tanpa RUPS. Aturan itu sudah berlaku dalam beberapa pekan terakhir.

“Sudah terdapat 60 emiten yang telah menyampaikan rencana buyback yang jumlahnya sudah total Rp17,28 triliun,” jelasnya, Minggu (5/4/2020).

Sebagai catatan, OJK telah mengeluarkan Surat Edaran OJK Nomor 3/SEOJK.04/2020 tanggal 9 Maret 2020. Isi dari edaran itu utamanya merelaksasi pembelian kembali atau buyback dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 2,02 persen ke level 4.623,43 pada sesi perdagangan akhir pekan lalu. Untuk periode berjalan atau year to date (ytd) 2020, indeks masih tersungkur 26,61 persen.

Pergerakan IHSG masih mampu mengungguli sejumlah pasar saham yang ada di Asean. Tercatat, bursa Filipina terkoreksi 31,58 persen secara ytd atau menjadi yang terdalam untuk wilayah Asean.

BEI melaporkan pandemik COVID-19 masih memberikan dampak fluktuatif bagi pasar modal Indonesia. Akan tetapi, IHSG mampu mencatatkan hasil positif pada rentang 30 Maret 2020 hingga 3 April 2020 dengan mencatatkan peningkatan 1,71 persen.

Sejalan dengan peningkatan, nilai kapitalisasi pasar IHSG juga mampu tumbuh 1,55 persen pada 30 Maret 2020 hingga 3 April 2020. Kapitalisasi pasar IHSG naik dari Rp5,25 triliun menjadi Rp5,34 triliun.

Sebelumnya, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menilai saat ini para emiten yang telah mengumumkan aksi buyback saham masih menyimpan tenaga dalam mengeksekusi aksi korporasi tersebut. Pasalnya, kondisi ketidapastian yang ditimbulkan oleh COVID-19 belum menemukan titik terang.

Hans menyebut emiten mengatur pembelian kembali saham sesuai dengan alokasi dan garis waktu yang dimiliki. Apalagi, batasan realisasi buyback yang dimiliki sepanjang tiga bulan ke depan.

“Dalam realisasinya, biasanya emiten mencari harga bagus karena harus untung juga. Kalau koreksi besar, mereka masuk ke pasar untuk membeli,” jelasnya.

Dia menekankan bahwa aksi buyback bertujuan memberikan sinyal kepada pasar bahwa saham sudah diperdagangkan dengan harga murah atau di bawah nilai wajar perusahaan. Tujuan aksi korporasi itu menurutnya mengerek harga dan dengan sendirinya meningkatkan nilai pemegang saham.

PENINJAUAN ULANG

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Hoesen menyatakan akan menghitung ulang target penghimpunan dana atau emisi di pasar modal setelah semester I/2020. Menurutnya, beberapa target harus disesuaikan karena perkembangan COVID-19.

OJK sebelumnya menargetkan total emisi di pasar modal mencapai Rp200 triliun pada 2020. Proyeksi itu meningkat dari Rp166,85 triliun tahun lalu.

“Bayangan setelah kuartal II/2020 akan lakukan peninjauan ulang terhadap target semua. Indeks turun 26 persen, market cap juga sama, jadi performance banyak yang harus dilihat lagi,” paparnya.

Hoesen mengatakan data-data tersebut akan menjadi bahan peninjauan ulang ulang. Hasil dari review menurutnya akan disampaikan setelah semester I/2020.

Sebagai catatan, realisasi penawaran umum perdana saham atau IPO kuartal I/2020 menjadi yang terbaik dibandingkan dengan periode yang sama pada rentang 2016—2020. Tercatat, sebanyak 19 perusahaan melantai di bursa dengan total perolehan dana Rp2,87 triliun.

Dalam siaran persnya, Sekrertaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Yulianto Aji Sadono melaporkan total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang periode berjalan 2020 senilai Rp19,37 triliun sampai dengan akhir pekan lalu.

Sampai dengan Jumat (3/4/2020), total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 429 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp442,41 triliun dan US$47,5 juta, diterbitkan oleh 116 Perusahaan Tercatat.

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper