Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan PT Sampoerna Agro Lestari Tbk. mencatat kenaikan harga jual minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di tengah gejolak pasar komoditas.
Head Investor Relations Sampoerna Agro Michael Kesuma mengatakan harga jual CPO perseroan sempat menyentuh Rp8.000 per kg pada akhir Maret 2020 sekalipun pasar tengah bergejolak. Dia menambahkan, pasar bergejolak akibat pengaruh virus corona (Covid-19).
“Saat ini menjual CPO terbilang mudah karena harga sudah turun ke Rp8.000 per kg. Kalau dibandingkan dengan Januari atau Februari yang menyentuh Rp9.000 per kg tentu saja lebih rendah. Namun, ini masih lebih tinggi dibandingkan tahun lalu,” katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Michael mengatakan pada tahun lalu rerata harga CPO berada di kisaran Rp6.000 per kg sampai dengan Rp7.000 per kg. Oleh sebab itu, lanjutnya, kuartal I/2020 masih lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
Padahal di saat ini, pasar CPO tengah menghadapi sejumlah hambatan akibat penerapan karantina atau lockdown oleh sejumlah negara. Namun emiten berkode saham SGRO itu tidak terkena imbas karena hanya memasok untuk pasar domestik.
Michael mengungkapkan pasar domestik cenderung lebih stabil dari sisi harga dan permintaan. Pasalnya, permintaan CPO untuk pangan dan produk konsumer diakuinya justru meningkat. Hanya saja ada kecenderungan permintaan bahan baku untuk biodiesel bakal menurun.
“Lockdown memberikan sentimen negatif yang membuat harga global turun dibandingkan dengan awal tahun ke MYR2.300 per ton. Akan tetapi permintaan dan harga pasar lokal tetap bagus karena saat ini panen sedang rendah jadi tidak banyak yang menjual,” jelasnya.
Di sisi lain, SGRO yakin harga akan terus menguat sebab wilayah produksi CPO utama Malaysia, Sabah bakal dikarantina oleh pemerintah Malaysia.
Di sisi lain, sepanjang tahun lalu SGRO mendulang pendapatan sebanyak Rp3,26 triliun, naik 2 persen secara tahunan.
Segmen produk kelapa sawit masih menjadi motor pertumbuhan dengan torehan Rp3,17 triliun. Sekitar Rp2,35 triliun berasal dari empat pelanggan utama. Diantaranya PT Sumber Indah Perkasa Rp839,92 miliar dan PT LDC Indonesia Rp757,56 miliar.
Michael mengatakan pada tahun lalu segmen minyak sawit menyumbang sekitar 86 persen dari total pendapatan. Tetapi segmen itu mengalami penurunan harga sekitar 4 persen.
“Inti sawit menyumbang 10 persen penjualan mengalami penurunan harga jual lebih dalam, turun 30 persen hanya sedikit diredam dengan kenaikan volume 3 persen sehingga kontribusinya tahun lalu turun 28 persen dibandingkan 2018,” katanya.