Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah stimulus yang dirilis pemerintah untuk menangani pandemi COVID-19 disebut menjadi pemicu indeks harga saham gabungan (IHSG) menghijau pada perdagangan hari ini.
Untuk sementara, Bloomberg mencatat IHSG menguat tipis 0,36% ke 4.555 pada pukul 13.48 WIB. Pada perdagangan hari ini, IHSG bergerak di rentang 4.510 hingga 4.627. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya yang telah mencatatkan trading halt yang keenam kalinya.
Direktur PT Anugrah Mega Investama Hans Kwee mengatakan pasar merespons cukup positif rangsangan dari pemerintah terkait pandemi COVID-19 di Tanah Air. Menurutnya, pergerakan pasar akan sangat bergantung pada upaya pemerintah untuk menangani pandemi sehingga langkah yang ditempuh pemerintah akan menjadi tumpuan pergerakan pasar.
“Pasar merespons stimulus dengan positif,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (1/4/2020).
Lebih lanjut, dia menyebut sejumlah indikator makro yang dirilis Kementerian Keuangan merupakan simulasi kasus terburuk yang mungkin terjadi bila penanganan COVID-19 tak serius. Menurutnya, hal itu tak akan memadamkan minat investor karena tekanan tak hanya datang dari dalam negeri melainkan dari luar negeri.
Alasannya, beberapa negara yang terdampak COVID-19 mengeluarkan jurus masing-masing untuk bertahan sehingga dampak terhadap ekonomi tak terlalu parah.
Proyeksi asumsi makro untuk penanganan pandemi COVID-19 (Kementerian Keuangan)
Dia pun menilai investor mungkin akan berada di sisi realistis karena penyebaran virus corona merupakan kondisi tak terduga. Terkait beberapa asumsi makro, dia menilai mungkin terjadi bila pemerintah tak gesit mengadang penyebaran virus.
Dia mengakui penyebaran virus ini bakal memukul pertumbuhan ekonomi dan menaikkan inflasi. Sementara itu, dia menganggap asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak akan seburuk yang diasumsikan karena AS sendiri merilis kebijakan yang membuat nilai dolar AS turun.
Saya melihat Kemenkeu kasih data buruk supaya pasar enggak terlalu optimistis. Seharusnya enggak selemah itu,” katanya.
Sebelumnya, pada sesi pertamanya di April 2020 dengan bergerak zig-zag. Sempat memerah ke level 4.510,880, indeks bergerak naik dan sempat menyentuh level tertinggi 4.627,418 pada sesi perdagangan pertama, Rabu (1/4/2020).
Namun, laju IHSG kembali tergelincir sebelum akhir rebound kembali 0,61 persen 4.566,417 sekitar pukul 11:00 WIB. Indeks mengakhir perdagangan sesi pertama dengan menguat tipis 0,36 persen atau 16,415 poin ke level 4.555,345 pada akhir sesi pertama, Rabu (1/4/2020).
Sebanyak 187 saham menguat, 173 terkoreksi, 139 stagnan. Total transaksi saham yang terjadi di pasar reguler, tunai, dan negosiasi senilai Rp3,55 triliun.
Saham-saham big caps menjadi penopang laju indeks pada sesi pertama perdagangan, Rabu (1/4/2020). Hal itu sejalan dengan aksi beli yang dilakukan oleh investor asing terhadap emiten berkapitalisasi jumbo.
Investor asing tercatat membukukan net buy atau beli bersih di pasar reguler untuk saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) Rp97,8 miliar, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rp28,9 miliar, PT Bank Negara Indonesia (Persero) (BBNI) Rp26,1 miliar, dan PT Astra International Tbk. (ASII) Rp6,4 miliar sampai dengan akhir sesi pertama, Rabu (1/4/2020).
Adapun, penguatan harga saham masing-masing emiten big caps itu yakni BBCA 1,72 persen, BMRI 0,64 persen, BBNI 0,79 persen, dan ASII 1,54 persen.
Pergerakan itu terjadi di usai Bursa Amerika Serikat kembali rontok pada sesi perdagangan, Selasa (31/3/2020) waktu setempat. Indeks S&P 500 terkoreksi 1,60 persen dan Indeks Dow Jones terkoreksi 1,84 persen.
Namun, dari dalam negeri, sentimen dari rencana stimulus Rp405,1 triliun yang disiapkan pemerintah untuk membantu rakyat dan menstimulus ekonomi di tengah penyebaran COVID-19 turut mewarnai laju IHSG.
Sementara itu, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai hari ini pasar cukup menyambut baik rencana stimulus Rp405 triliun yang akan dikeluarkan pemerintah untuk membantu rakyat dan menstimulus ekonomi. Namun, faktor sentimen global dari dampak penyebaran COVID-19 membuat IHSG masih bergerak zig-zag.
“Jadi untuk saat ini memang masih sangat sulit untuk melakukan aksi karena berita yang muncul dari pasar global juga masih memberikan sinyal yang mixed, Dow Jones Futures yang saat negatif di pagi hari bisa berubah menjadi positif dan juga sebaliknya,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (1/4/2020).
Dia menyarankan agar investor tetap memiliki cadangan kas yang memadai. Namun, hal itu bukan berarti tidak melakukan investasi.
“Pada saat ini yang membedakan investor yang akan sukses adalah dalam hal money management,” jelasnya.