Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Stabil Setelah Cetak Kenaikan Mingguan Tertinggi

Harga emas bergerak cenderung stabil setelah mencatat kenaikan mingguan terbesarnya sejak 2008, di tengah kehati-hatian investor pada segala kebijakan yang bertujuan mengurangi dampak pandemi virus corona (Covid-19).
Emas batangan./REUTERS/Michael Buholzer/
Emas batangan./REUTERS/Michael Buholzer/

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas bergerak cenderung stabil setelah mencatat kenaikan mingguan terbesarnya sejak 2008, di tengah kehati-hatian investor pada segala kebijakan yang bertujuan mengurangi dampak pandemi virus corona (Covid-19).

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot terkoreksi 0,5 persen ke level US$1.620,76 per troy ounce pada pukul 09.21 pagi waktu Singapura setelah sempat menguat 0,6 persen. Harga logam mulia ini melonjak sekitar 8,6 persen sepanjang pekan lalu.

Sebaliknya, Bloomberg Dollar Spot Index pagi ini dilaporkan naik 0,2 persen setelah melemah beberapa hari sebelumnya.

Sementara itu, bursa saham di Asia meluncur bersama dengan indeks futures AS setelah seorang pakar penyakit menular ternama di Amerika mengatakan angka kematian akibat virus corona di negara berekonomi terbesar di dunia tersebut dapat mencapai 200.000.

Direktur National Institute for Allergy and Infectious Disease Anthony Fauci mengatakan jutaan warga Amerika dapat terinfeksi virus tersebut dan angka kematian akibat di AS dapat mencapai 200.000.

“Melihat kondisi saat ini, kita melihat 100.000-200.000 kematian. Tapi, kita tidak bisa membuat proyeksi ketika angkanya terus berubah, kita bisa saja keliru," paparnya dalam sebuah acara di CNN yang dikutip Bloomberg, pada Minggu (29/3/2020).

Perdagangan untuk emas sedikit teredam pagi ini setelah pasar terhempas ke dalam gejolak pekan lalu ketika krisis kesehatan mengganggu rantai pasokan.

Hal tersebut menciptakan tekanan pada futures emas karena kapasitas penjual untuk memenuhi komitmen mengirimkan logam mulia ini menjadi terbatas.

Meski tekanan dari penguatan emas menunjukkan tanda-tanda mereda, investor kembali fokus pada langkah-langkah pemerintah dan bank-bank sentral di dunia untuk membendung dampak dari virus corona.

Pada Jumat (27/3/2020), Presiden AS Donald Trump menandatangani paket stimulus ekonomi bernilai US$2 triliun, terbesar dalam sejarah AS, sedangkan bank sentral AS Federal Reserve telah berjanji untuk membeli obligasi tanpa batas.

Adapun di Benua Biru, Bank Sentral Eropa membatalkan sebagian besar batas pembelian obligasi dalam program darurat pandeminya.

“Sektor logam mulia telah menjadi pemenang dari langkah-langkah fiskal AS yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menopang ekonomi yang tengah bergoyang,” tulis analis di Australia & New Zeland Banking Group Ltd., dalam sebuah catatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper