Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham AS berhasil bangkit ke zona hijau pada akhir perdagangan Kamis (19/3/2020), di tengah serangkaian langkah ekonomi dan finansial dari para pembuat kebijakan global guna meredakan gejolak pasar.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup naik 0,47 persen ke level 2.409,39, Dow Jones Industrial Average menanjak 0,95 persen menjadi 20.087,19, bahkan Nasdaq berakhir melonjak 2,30 persen ke level 7.150,58.
Nasdaq memimpin rebound di antara ketiga indeks saham utama AS tersebut menyusul aksi bargain hunting terhadap sejumlah saham teknologi. Saham Tesla Inc., Twitter Inc., dan Netflix Inc. pun naik sedikitnya 5 persen masing-masing.
Sementara itu, Dow Jones kembali merengkuh level psikologis 20.000 dan harga minyak mentah melonjak ketika produsen-produsen Timur Tengah mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan dan Presiden Donald Trump mengatakan ia akan ambil bagian dalam kebuntuan harga minyak ini pada 'saat yang tepat'.
Saham-saham di penjuru Eropa turut menanjak. Adapun obligasi-obligasi internasional (sovereign bond) di Italia, Spanyol, dan Portugal naik setelah bank sentral di kawasan ini meningkatkan upaya untuk menstabilkan ekonomi dan pasar modal.
European Central Bank (ECB) meluncurkan program pembelian obligasi darurat senilai 750 miliar euro atau US$820 miliar sebagai bagian dari upaya menenangkan pasar dan melindungi ekonomi kawasan euro yang berjuang mengatasi dampak virus corona.
Di Inggris, Bank of England (BOE) pada Kamis (19/3/2020) memangkas suku bunganya dengan besaran 15 basis poin menjadi 0,1 persen dan meningkatkan program pembelian obligasi.
“Investor sedang mencermati tsunami fiskal yang akan datang dan implikasi bank-bank sentral melakukan segala upaya,” ujar Ed Campbell, manajer portofolio dan direktur pelaksana di QMA.
“Kita melihat beberapa stabilisasi hari ini,” tambahnya, seperti dikutip Bloomberg.
Investor untuk sejenak rehat dari gelombang aksi jual akhir-akhir ini untuk mengevaluasi langkah-langkah kebijakan terkini yang diambil untuk melawan dampak ekonomi dari pandemi corona.
Trump berusaha meyakinkan kubu Republik yang skeptis bahwa ia bertujuan untuk membantu para pekerja melalui krisis, tidak hanya perusahaan, sebuah prioritas yang membuat segalanya lebih mendesak setelah data menunjukkan klaim pengangguran AS lebih tinggi dari perkiraan.
Namun, di atas segalanya adalah pertanyaan tentang berapa lama penurunan ekonomi akan berlangsung ketika kasus-kasus virus corona terus meningkat di AS dan Eropa. Sementara itu, jumlah korban jiwa di Italia telah melampaui jumlah di China, tempat wabah ini bermula.
"Ada banyak kepanikan, tetapi ada pula pembeli di Wall Street yang mencari peluang," tutur Jim Paulsen, kepala strategi investasi untuk Leuthold Group. “Masalahnya adalah kita tidak tahu di mana ini akan berada dalam dua bulan.”
Berbanding terbalik dengan Wall Street, indeks MSCI Asia Pacific anjlok 3,1 persen dan indeks MSCI Emerging Market turun tajam 2,4 persen.
Di sisi lain, Bloomberg Dollar Spot Index melanjutkan relinya dan naik 1,3 persen dan nilai tukar yen Jepang, yang kerap diburu kala pasar dilanda kekhawatiran, melemah 2,4 persen ke level 110,78 per dolar AS.