Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pusat Perbelanjaan Sepi Akibat Virus Corona, 3 Saham Properti Ini Diunggulkan

Emiten properti yang memiliki portofolio di segmen residensial atau hunian lebih dijagokan karena penjualan properti bisa mengimbangai potensi penurunan pendapatan dari segmen recurring income.
Pengunjung berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung berada di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Segmen properti komersial dinilai akan terdampak kebijakan bekerja dari rumah (work from home) . Sejalan dengan itu, emiten properti yang memiliki portofolio segmen residensial lebih dijagokan. 

Untuk diketahui, kunjungan ke pusat perbelanjaan mulai berkurang setelah pemerintah mengimbau masyarakat untuk beraktivitas dari rumah dan menghindari kerumunan. Ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona (covid-19).

Head of Research MNC Sekuritas Edwin Sebayang mengatakan pendapatan segmen properti komersial yang menghasilkan pendapatan berulang atau recurring income bakal mengalami koreksi jangka pendek. Menurutnya, biang keladi hal itu adalah virus korona yang menyerang 134 orang.

“Segmen pendapatan berulang pasti akan berdampak selama belum ada kepastian tentang virus ini. Publik pasti akan menghindari mall. Sudah sepekan ini pusat perbelanjaan sepi,” katanya kepada Bisnis, Senin (16/3/2020).

Edwin menyebut, emiten-emiten yang memiliki segmen pendapatan berulang dari hotel dan area parkir juga pasti akan terdampak.Oleh sebab itu, Edwin lebih menjagokan emiten-emiten dengan pendapatan yang berasal dari penjualan residensial. 

Dia memilih tiga emiten, yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Ciputra Development Tbk, dan PT Summarecon Agung Tbk. Ketiga emiten ini memiliki produk properti dengan harga kurang dari Rp1 miliar.

Edwin menyebut, sekalipun terdapat koreksi pada segmen pendapatan berulang, setidaknya tiga emiten itu  masih ada kompensasi dari penjualan properti. Selain itu, tren penurunan suku bunga juga bisa menjadi pemicu utama fundamental emiten properti.

“Sektor properti dengan tren penurunan suku bunga pasti akan diuntungkan, Masalahnya hanyalah tinggal menunggu momentum saja,” katanya.

Sementara itu, Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Aurellia Setiabudi merekomendasikan beli untuk CTRA dengan target harga Rp1.200 per saham. Menurutnya, yang menjadi resiko utama kinerja perseroan tahun ini adalah penjualan rumah dan okupansi hotel.

Pasalnya dengan semakin penyebaran virus corona yang semakin luas, hal itu  bisa mengurangi minat beli publik untuk objek properti. “Namun kami tetap percaya CTRA bisa mencetak penjualan yang bagus karena proyeknya terdiversifikasi di berbagai kota,” katanya.

Aurellia memproyeksikan pendapatan CTRA tahun ini bisa menyentuh Rp6,82 triliun dengan laba bersih mencapai Rp832 miliar.

Sementara itu, Head of Indonesia Research & Strategy J.P. Morgan Henry Wibowo menargetkan harga saham BSDE bisa menyentuh Rp1.500 sampai dengan Juni 2020. Menurutnya, penjualan perseroan bakal naik dengan relaksasi yang dijalankan oleh pemerintah.

Henry memperkirakan pendapatan BSDE bisa mencapai Rp8,54 triliun dengan laba bersih sebesar Rp2,23 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper