Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Bergerak Labil, Ini Saran untuk Investor

Pergerakan IHSG yang labil karena mendapat sentimen dari bursa Amerika Serikat (AS) yang juga bergerak volatil pada perdagangan kemarin.
Bursa Efek Indonesia, Jakarta./ Dimas Ardian - Bloomberg
Bursa Efek Indonesia, Jakarta./ Dimas Ardian - Bloomberg

Bisnis.com,JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak labil pada awal perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (11/3/2020).

IHSG mengawali perdagangan dengan melesat ke zona hijau menuju level 5.231,60 pada sesi pembukaan. Namun, tidak sampai 30 menit, laju indeks terjun ke zona merah.

Berdasarkan pantauan hingga pukul 10.06 wib, pergerakan indeks sempat menyentuh level terendah 5.178,56. IHSG kembali merangsek naik menguat tipis 0,05 persen ke level 5.224,74 pada pukul 10.12 WIB dan bertengger di level 5.227,87 pada pukul 10,39 WIB.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan pergerakan pasar yang cenderung labil tidak mengherankan. Kondisi itu terjadi di tengah sentimen dari pasar Amerika Serikat (AS) yang juga sangat volatil.

Pada sesi perdagangan kemarin, Indeks Dow Jones sempat dibuka naik 1.000 poin kemudian turun 1.000 poin hingga menjadi minus. Namun, menjelang penutupan terjadi rebound kembali naik 1.000 poin.

“Pergerakan dengan volatilitas tinggi memang normal terjadi di saat market yang abnormal seperti ini dikarenakan pihak penjual yang memiliki narasi akan terjadi resesi kedepan dan pihak pembeli yang sudah mulai melakukan bargain hunting dengan membeli saham-saham yang murah,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (11/3/2020).

Frankie menyebut irasionalitas pasar menyebabkan banyak saham sudah mengalami penurunan harga dan memiliki valuasi murah. Investor, lanjutnya boleh melakukan pembelian secara bertahap.

Di lain pihak, Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christopher menilai tren bearsih IHSG masih kuat. Penyebabnya, dampak dari virus corona, perlambatan ekonomi, serta penyesuaian dari penurunan harga minyak yang signifikan.

Dennies menyebut pemerintah memang sudah memberikan sederet insentif. Namun, masih banyak ketidakpastian yang membuat investor menunggu dan belum berani agresif masuk ke pasar saham.

“Untuk investor saya rasa lebih baik wait and see dan jangan agresif membeli saham. Jika memegang saham bisa memanfaatkan teknikal rebound untuk keluar dan meminimalisasi kerugian,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper