Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mitra Keluarga (MIKA) dan PP Properti (PPRO) Siap Buyback Saham

Emiten layanan kesehatan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) bakal melanjutkan aksi buy back yang sempat tertunda sejak Juli 2019.
Presiden Director PT PP Properti Tbk. Taufik Hidayat (kiri) memberikan penjelasan kepada Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Yuliana Benyamin saat berkunjung ke Redaksi Bisnis Indonesia, Selasa (4/2). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Presiden Director PT PP Properti Tbk. Taufik Hidayat (kiri) memberikan penjelasan kepada Pemimpin Redaksi Bisnis Indonesia Maria Yuliana Benyamin saat berkunjung ke Redaksi Bisnis Indonesia, Selasa (4/2). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan telah memberikan lampu hijau emiten melakukan aksi buy back tanpa RUPS untuk mengerem penurunan harga saham. Emiten pun menyambut baik kebijakan tersebut.

Emiten layanan kesehatan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) bakal melanjutkan aksi buy back yang sempat tertunda sejak Juli 2019. MIKA memiliki tenggat waktu sampai dengan akhir Desember 2020 untuk melakukan buy back.

Investor Relation Mitra Keluarga Aditya Wijaya mengatakan perseroan tengah memantau kelanjutan program buy back seiring penurunan pasar modal belakangan ini.

“Periode buy back masih berjalan, sejauh ini kami masih memantau kondisi market yang ada sambil menunggu arahan dari manajemen,” katanya kepada Bisnis.com pada Selasa (10/3/2020).

MIKA masih memiliki anggaran dana sebanyak Rp841,93 miliar dengan sisa target pembelian mencapai 428,95 juta saham. Berdasarkan laporan perseroan, MIKA membeli saham selama Juli 2019 dengan rata-rata harga Rp1.937.

Perseroan telah menghabiskan dana sebesar Rp841,92 juta dengan membeli 434.600 saham. Adapun pada penutupan (10/3), MIKA diperdagangkan pada level Rp2.150 per saham terkoreksi 20 poin atau 0,93 persen. Adapun selama tahun berjalan kinerja saham perseroan sudah terkoreksi sedalam 19,48 persen.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai menjadi yang terendah sejak 2 Agustus 2019 yang ditutup pada level Rp2.170 per saham. Sebelumnya, MIKA sempat menghentikan aktivitas pembelian kembali saham karena harga sudah melejit ke level Rp2.520 per saham.

Sementara itu, Direktur Keuangan PP Properti Indaryanto mengatakan perseroan masih menunggu arahan dari BUMN terkait pembelian buy back. Pasalnya, saham PPRO sudah menghuni jajaran saham gocapan atau Rp50.

“Masih kami diskusikan dengan perusahaan induk PT PP Tbk. Induk pun saat ini masih berdiskusi dengan Kementerian BUMN jadi kami masih menunggu arahan,” katanya.

Adapun per September 2019, perseroan tercatat memiliki kas sebesar Rp499,62 miliar bila ingin melakukan pembelian kembali.

Di sisi lain, Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menuturkan kebijakan buy back memberikan resiko yang besar bagi perseroan. Pasalnya, kinerja saham berkemungkinan bisa terkoreksi.

“Mereka membeli saham yang bisa turun lagi hanya untuk menjaga valuasi perusahaan. Padahal di sisi lain, ada uang kas yang seharusnya bisa dilakukan untuk ekspansi bisnis tapi justru tertahan di saham,” katanya.

Wawan mengatakan kebijakan itu diambil untuk memberikan sinyal kepada pelaku pasar penurunan saham tidak bakal lebih dalam. Namun, belum tentu bisa mendorong kenaikan harga saham atau IHSG secara masif.

Pasalnya, perseroan tidak bakal membeli saham lebih tinggi daripada harga pembelian awal. Alhasil kenaikan hanya bisa terjadi sesaat saja.

Menurutnya, saat ini yang diperlukan untuk mendorong harga saham adalah hasil kuartal I/2020 dan pembagian deviden perseroan.

“Fungsi buy back hanya sinyal kepada pasar ada pihak yang bakal mengerem penurunan. Apakah itu menaikkan? Tidak, karena saat ini yang dibutuhkan adalah sentimen positif,” katanya.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper