Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Akan Umumkan Kebijakan Ekonomi, Bursa Asia Bergerak Stabil

Bursa saham Asia cenderung stabil pada perdagangan Selasa (10/3/2020), setelah penurunan terdalam sejak krisis keuangan global pada sesi perdagangan sebelumnya.
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia cenderung stabil pada perdagangan Selasa (10/3/2020), setelah penurunan terdalam sejak krisis keuangan global pada sesi perdagangan sebelumnya.

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang terpantau menguat 1,19 persen atau  7,32 poin ke level 623 pada pukul 14.45 WIB. Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 ditutup rebound 1,27 persen dan 0,85 persen setelah anjlok 4 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 ditutup menguat 1,82 persen dan 2,14 persen, sedangkan indeks Hang Seng menguat 1,55 persen pada pukul 14.48 WIB.

Harga minyak mentah juga diperdagangkan menguat hari ini, setelah anjlok lebih dari 30 persen pada perdagangan Senin. Minyak mentah WTI terpantau menguat 4,98 persen ke level US$32,68 per barel, sedangkan Brent diperdagangkan di level US$36,02 per barel.

Kontrak berjangka pada indeks S&P 500 AS pun mulai pulih dengan penguatan sekitar 3 persen, setelah sebelumnya sempat turun 20 persen dai level tertingginya dan menguat kembali setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pemerintah akan membahas kemungkinan pemotongan pajak penghasilan dengan Kongres AS.

Trump juga mengatakan akan ada pengumuman kebijakan ekonomi Utama pada hari Selasa waktu setempat. Sememnatara itu, Menteri Keuangan Steven Mnuchin menolak perbandingan jatuhnya pasar saham kemarin dengan krisis keuangan tahun 2008.

Langkah-langkah untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19) terus merusak prospek pendapatan perusahaan dan meningkatkan bahaya krisis pendanaan. Jatuhnya harga minyak kemarin juga turut mengancam sejumlah standar dalam industry keuangan.

"Meskipun hal-hal terasa lebih baik, saya akan bersikap untuk menghindari risiko dalam waktu dekat, meskipun masih mengharapkan adanya penguatan di pasar," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper