Bisnis.com, JAKARTA - Emiten properti PT Intiland Development Tbk. masih memasang target pertumbuhan kinerja yang moderat di tengah ketidakpastian yang melanda sektor properti. Emiten berasandi saham DILD mematok target pendapatan dan laba di kisaran 5 persen s.d 10 persen.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland Archied Noto Pradono mengatakan perseroan masih mengkaji angka final dari target pertumbuhan pendapatan dan laba sepanjang 2020 seiring dengan perkembangan pasar dan implementasi standar pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71, 72, dan 73.
“Tumbuh 5-10 persen [pendapatan dan pertumbuhan]. Angka pasti masih dikaji, sedangkan strateginya masih banyak fokus di marketing behaviour untuk customer baik produknya maupun skema pembayaran,” ujar Archied saat dihubungi Bisnis, Jumat (6/3/2020).
Archied mengatakan tahun ini perseroan akan cenderung lebih berhati-hati sehingga akan lebih banyak mencermati pasar sebelum ekspansi proyek baru. DILD masih akan fokus terhadap pengembangan proyek yang sudah ada, antara lain apartemen 57 promenade, SQ residence, Rosebay, Praxis , Spazio Tower, dan beberapa proyek rumah tapak di Jakarta dan Surabaya.
Oleh karena itu, perseroan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini hanya sekitar Rp1,5 triliun yang akan digunakan untuk konstruksi proyek-proyek tersebut. Sumber dana belanja modal tersebut nantinya akan berasal dari kas internal dan penerimaan konsumen.
Selain itu, DILD juga belum berencana untuk menambahkan land bank baru, kecuali terdapat konsolidasi lahan yang siap untuk dikembangkan dari pihak lain. Perseroan selalu terbuka untuk mencari mitra strategis yang memiliki lahan siap dikembangkan di Jakarta dan Surabaya. Adapun, hingga saat ini total land bank perseroan masih berada di kisaran 2.000 hektare.
Baca Juga
Di sisi lain, perseroan mematok target pra atau penjualan marketing sales yang sama pada tahun ini dibandingkan dengan 2019, yaitu senilai Rp2,5 triliun. Archied mengaku belum akan merevisi target tersebut meskipun pasar properti diterpa sentimen negatif tambahan, yaitu penyebaran virus corona.
“Target masih Rp2,5 triliun, belum ada revisi target akibat penyebaran virus corona tapi kami akan terus memonitor perkembangan lebih lanjut dari sentimen ini,” jelas Archied.
Kendati demikian, dengan target tersebut perseroan hanya berhasil membukukan marketing sales sebesar Rp1,6 triliun atau hanya sekitar 65 persen dari target pada tahun lalu.
Dia mengaku pasar properti pada 2019 masih stagnan terutama untuk pembelian bangunan tinggi yang menyasar konsumen menengah ke atas.Pada tahun ini pun situasi pasar diyakini tidak begitu banyak berubah dari tahun lalu.