Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International Tbk. bakal mengeluarkan belanja modal dan investasi sebesar Rp20 triliun—Rp25 triliun sepanjang tahun ini. Perseroan bakal berfokus melakukan ekspansi di tiga sektor, alat berat, otomotif, dan infrastruktur.
Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan bahwa total alokasi tersebut terdiri dari belanja modal sebesar Rp15 triliun dan investasi sebesar Rp5 triliun hingga Rp10 triliun. Walhasil, alokasi belanja modal dan investasi akan mencapai Rp20 triliun s.d Rp25 triliun.
“Investasi akan disesuaikan dengan peluang yang ada. Seluruh kebutuhan belanja modal pada tahun ini akan menggunakan dana internal,” jelasnya kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).
Dia menjelaskan belanja modal pada tahun ini akan terkonsentrasi pada tiga kebutuhan utama, yaitu alat berat, otomotif, dan infrastrutkur. Belanja modal alat berat akan digunakan untuk kebutuhan PT Pamapersada Nusantara, anak perusahaan PT United Tractors Tbk. (UNTR)
Selain itu, belanja modal emiten berkode saham ASII ini akan banyak digunakan untuk pengembangan bisnis otomotif. Alokasi belanja modal juga akan banyak digunakan untuk lini bisnis infrastruktur.
Sektor infrastuktur menjadi salah satu sektor yang cukup pesat. Tahun lalu saja, lewat entitas PT Astra Tol Nusantara, Astra mengakuisisi saham PT Jasamarga Surabaya Mojokerto dan menambah kepemilikan saham di PT Lintas Marga Sedaya (LMS).
Pada 2019, realisasi belanja modal dan investasi Astra secara konsolidasi mencapai Rp22 triliun. Boy menjelaskan realisasi belanja modal pada 2019 memang tidak sebesar 2018 yang mana saat itu Astra mengakuisisi tambang emas Martabe senilai US$1,5 miliar.
Mengutip laporan tahunan 2019, arus kas bersih yang digunakan untuk aktivitas investasi Astra mencapai Rp14,18 triliun. Realisasi tersebut menurun sekitar 52,29 persen dibandingkan besaran dana yang dikeluarkan perseroan pada 2018 sebesar Rp29,73 triliun.
Akuisisi tambang emas langsung memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja keuangan Astra. Hal ini terlihat dari kontribusi laba dari lini bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi yang naik sekitar 1,22 persen menjadi Rp6,71 triliun.
PT Pamapersada Nusantara (PAMA) mencatatkan kenaikan volume pengupasan lapisan tanah (overburden removal) sebesar 1 persen menjadi 989 juta bank cubic metres dan peningkatan produksi batu bara sebesar 5 persen menjadi 131 juta ton.
Adapun, PT United Tractors Tbk yang 59,5% sahamnya dimiliki Astra, mencatatkan laba bersih Rp11,3 triliun, naik 2 persen secara tahunan. Sementara itu, PT Agincourt Resources, anak perusahaan yang 95 persen sahamnya dimiliki United Tractors, mencatat penjualan emas sebesar 410.000 oz sepanjang 2019.
Lini bisnis tersebut, bersama lini bisnis jasa keuangan dan infrastruktur dan logistik tiga lini usaha yang mengalami pertumbuhan pada 2019. Bisnis jasa keuangan dan infrastruktur dan logistik, masing-masing mengalami pertumbuhan 21,79 persen dan 48,98 persen.
Pertumbuhan laba dari ketiga lini bisnis ini mampu mengimbangi penurunan pada empat lini bisnis lainnya, yakni otomotif, agribisnis, teknologi informasi, dan properti. Kondisi ini membuat laba bersih Astra pada 2019 relatif stagnan, atau hanya tumbuh 0,16 persen menjadi Rp21,70 triliun.