Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Big Caps Koreksi Tajam, IHSG Turun 2,7 Persen

Saham-saham berkapitalisasi besar terpantau cenderung melesu, sehingga menyeret IHSG jatuh lebih dalam mengikuti tren bursa global.
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020)./ ANTARA - Aprillio Akbar
Karyawan melewati monitor pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Plaza Bank Mandiri, Jakarta, Jumat (24/1/2020)./ ANTARA - Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan saham-saham berkapitalisasi besar menyeret kejatuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pagi hari ini.

Pada perdagangan Jumat (28/2/2020) pukul 9:30 WIB, IHSG terkoreksi 2,7 persen atau 149,23 poin menuju 5.386,47. Ini merupakan level terendah sejak 2017.

Sementara itu, saham-saham berkapitalisasi besar terpantau cenderung melesu, sehingga menyeret IHSG jatuh lebih dalam mengikuti tren bursa global.

Saham BMRI menjadi penekan utama indeks dengan penurunan 7,82 persen menuju Rp6.775. Selanjutnya, saham BBCA turun 2,38 persen menjadi Rp30.700. Saham BBRI juga menjadi penekan dengan koreksi 2,66 persen ke level Rp4.020.

Di luar sektor perbankan, selanjutnya saham UNVR terkoreksi 3,85 persen menuju Rp6.875. Saham TPIA turun 7,03 persen menjadi Rp7.275. Saham HMSP terkikis 3,18 persen ke level Rp1.675.

Selanjutnya, saham ICBP turun 4,27 persen menjadi Rp10.100. Saham ASII terkoreksi 2,1 persen menuju Rp5.825. Saham TLKM merosot 1,44 persen ke level Rp3.420. Saham BRPT turun 5,61 persen menjadi Rp925.

Tim analis MNC Sekuritas dalam publikasi risetnya menyampaikan DJIA melemah sebesar -4,42 persen pada perdagangan Kamis (27/2/2020), yang diikuti dengan penurunan indeks S&P 500 sebesar -4,42 persen dan Nasdaq sebesar -4,61 persen.

Penurunan ini disebabkan oleh proyeksi dari beberapa institusi seperti Goldman Sachs yang memperkirakan laba per saham (EPS) perusahaan terbuka di AS secara rata-rata sebesar US$165 di pada 2020.

Di sisi lain, Bank of America (BofA) memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS pada 2020 sebesar 2,8 persen dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,2 persen.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia melakukan tiga intervensi untuk menahan laju pelemahan rupiah akibat virus Covid-19. Tiga metode ini adalah Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), intervensi di pasar spot, dan intevensi di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Intervensi BI ke pasar obligasi menyebabkan yield SBN yang diterbitkan berada pada level 6,5 persen.

Pelemahan indeks terjadi karena capital outflow pada pasar ekuitas dan obligasi di Indonesia akibat penyebaran virus corona yang telah mencapai 82.250 kasus di luar China. Hal itu berpotensi memberikan dampak sistemik bagi perekonomian global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper