Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Anjlok 2,5 Persen, Kapitalisasi Pasar Susut Rp143 Triliun

Sebelumnya pada penutupan sesi I, IHSG anjlok 2,63 persen atau 149,54 poin ke level 5.539,38. Ini menjadi level terendah sejak 16 Maret 2017 di posisi 5.518,24.
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan melintas didekat layar monitor perdagangan Indeks Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/2/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia merosot Rp143 triliun pada perdagangan Kamis (27/2/2020) siang seiring dengan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 2,5 persen.

Pada perdagangan hari ini pukul 14.00 WIB, IHSG terkoreksi 2,51 persen atau 142,53 poin menjadi 5.546,39. Sebelumnya pada penutupan sesi I, IHSG anjlok 2,63 persen atau 149,54 poin ke level 5.539,38. Ini menjadi level terendah sejak 16 Maret 2017 di posisi 5.518,24.

Sejalan dengan penurunan indeks, kapitalisasi pasar di BEI juga menurun Rp143 triliun menjadi Rp6.434 triliun pada pukul 14.00 WIB, dibandingkan kemarin senilai Rp6.577 triliun. Pada Rabu (26/2/2020), kapitalisasi pasar juga berkurang Rp114 triliun dibandingkan hari sebelumnya.

Seluruh 9 sektor menetap di wilayah negatif pada akhir sesi I, dipimpin finansial (-3,99 persen), industri dasar (-2,94 persen), dan pertanian (-2,70 persen).

Dari 682 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, 62 saham menguat, 330 saham melemah, dan 290 saham stagnan.

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing turun 7,81 persen dan 3,35 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG pada akhir sesi I.

Keputusan pemerintah mengalokasikan anggaran Rp10,3 triliun untuk stimulus menghadapi dampak ekonomi virus corona dinilai belum berhasil mendorong IHSG.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan hingga sesi pertama memang terjadi panic selling di pasar saham dengan penurunan IHSG hingga 2,63 persen. Secara tahun berjalan penurunan IHSG mencapai sekitar 11 persen.

Dia mengatakan panic selling ini terjadi lantaran kepanikan pasar terhadap dampak virus corona terhadap kegiatan bisnis. Sejauh ini, virus tersebut sudah memberikan dampak terhadap sektor manufaktur dan pariwisata yang mengalami perlambatan signifikan.

Menurut Frankie, penemuan kasus covid-19 sebetulnya sudah mulai melandai. Di samping itu, banyak bank sentral dunia juga sedang menyiapkan stimulus untuk mengurangi dampak ekonomi akibat penyebaran virus corona.

"Tentunya bisa menjadi harapan yang baik bagi para investor,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (27/2/2020).

Frankie menyebut, harga saham yang terkoreksi saat ini menjadi peluang baik buat investor. Dia mengatakan saat ini merupakan momentum tepat bagi investor untuk membeli menambah koleksi saham, yang sebelumnya tertunda karena harga tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper